Mohon tunggu...
Azkia Rostiani Rahman
Azkia Rostiani Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Blogger, Linguist, Penyuka Buku dan Film

Aku menulis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Walkman, Makanan, dan Kajian Budaya

12 Maret 2022   23:09 Diperbarui: 12 Maret 2022   23:23 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi di dalam Sahlin, ia juga menyebut struktur, sehingga terkadang orang merasa bahwa hal tesebut adalah sesuatu yang given (baca: sudah dari sononya). Secara sederhana, kita bisa menggambarkan di dalam Food as Symbolic Code bahwa kebudayaan sebagai kebiasaan diciptakan oleh kelompok tertentu (baca: kelompok borjuis) yang kebiasaan tersebut ingin dipertahankan melalui makanan. Sementara dalam Sony Walkman, kebudayaan sebagai sebuah kebiasaan dikonstruksi melalui serangkaian makna dan praktik, di mana ekspresi kebudayaan bersifat diskursif (memiliki peluang untuk ditawar dan dinegosiasikan ).

Referensi:

Sahlins, Marshal.1994. Food as Symbolic Code: Culture and Society Contemporary Debates.  New York: Cambridge University.

Paul du Gay., et.all (Ed). Doing Cutural Studies: The Story of Sony Walkman. London: Sage Publication.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun