Mohon tunggu...
Azkia Rahmi
Azkia Rahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplorasi hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menggali Sejarah melalui Museum Multatuli

18 November 2024   20:00 Diperbarui: 24 November 2024   00:03 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari pagi mulai menyingsing di Kamis pagi tanggal 7 November 2023, waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi WIB. 

Saya dan teman-teman prodi Perpustakaan dan Sains Informasi UPI telah sampai di Museum Multatuli yang berada di Jalan Alun-Alun Timur No. 8, Rangkasbitung Barat, Kabupaten Lebak, Banten. 

Suasana Museum Multatuli pada hari itu cukup ramai oleh kunjungan dari anak-anak sekolah.

Harga tiket masuk terbilang sangat murah, untuk orang dewasa seharga Rp 2.000, anak-anak seharga Rp 1.000, dan mancanegara seharga Rp 15.000. 

Museum Multatuli buka setiap hari Selasa sampai hari Minggu, dengan rincian jam buka yaitu hari Selasa-Jumat pukul 08:00 -- 16:00, sedangkan untuk hari Sabtu-Minggu pukul 09:00 -- 15:00.

Ketika memasuki halaman Museum Multatuli, akan langsung terlihat adanya Pendopo untuk melakukan berbagai kegiatan yang dimiliki oleh Museum dan 1 bangunan yang berisikan koleksi-koleksi yang dimiliki oleh Museum Multatuli. 

Untuk melihat-lihat koleksi, kami dibimbing oleh edukator bernama Pak Ginandar. Saat memasuki bangunan koleksi, kita akan melihat ruangan pertama yang menampilkan sosok Multatuli disertai kutipan kalimatnya "Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia". Terdapat pula miniatur bangunan Museum Multatuli yang dipajang diruangan ini.

Kami beralih ke ruangan selanjutnya yaitu ruangan kolonialisme. Disini, kita dapat melihat secara langsung miniatur dari Kapal De Batavia yang merupakan kapal milik VOC. 

Sedangkan di sisi lain, terdapat bingkai yang menyajikan mengenai struktur dari Kapal De Batavia dan penjelasan mengenai 3 kapal lainnya yaitu Kapal De Ruyter, Kapal Halve Maan, dan Kapal Prins Willem. 

Terdapat beberapa rempah-rempah yang mendasari bangsa lain datang dan disini kita dapat mencium langsung aroma dari rempah-rempat tersebut. Ruangan ini dilengkapi dengan video ilustrasi mengenai kedatangan penjajah ke negeri kita.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Selanjutnya kami memasuki ruangan tanam paksa mengenai kopi. Kita akan melihat langsung kopi-kopi yang dihasilkan beserta daun kopi yang dikonsumsi oleh rakyat selama masa tanam paksa dikarenakan seluruh biji kopi harus disetorkan kepada VOC. 

Pada dinding ruangan kita dapat melihat peta persebaran produksi kopi yang ada di Indonesia beserta sistem residen. Disudut ruangan kita dapat melihat pelana kuda dan koin yang digunakan pada masa itu.

Kami dibimbing untuk melanjutkan keruangan berikutnya yang menyajikan karya Multatuli. Disini kami melihat buku-buku mengenai Multatuli. Yang menariknya, disini tedapat tablet yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk membaca buku Multatuli. 

Selain itu, terdapat pula profil mengenai beberapa tokoh lainnya yang dapat kami baca dengan nyaman karna pemilihan warna dan background dari tulisan tersebut yang sesuai.

Setelah melihat mengenai Multatuli, kami beralih ke ruangan selanjutnya mengenai Banten. Disini kita disajikan disetiap dinding ruangannya terkait Sejarah Banten, mulai dari Pemberontakan Haji Wakhia hingga Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. 

Ini menarik perhatian saya, karena penggambaran inforgrafis dilengkapi dengan ilustrasi gambar pendukung. Tidak lupa terdapat pajangan tombak, borgol yang digunakan, tali gantung dan uang kertas Orida Banten.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Untuk lebih mendalami mengenai sejarah, maka kami lanjut ke ruangan mengenai Lebak. Disini kita dapat melihat Sejarah Lebak melalui timeline yang ada di dinding ruangan yang dilengkapi dengan gambar-gambar terkait kejadian tersebut. 

Jika kita melihat ke sisi ruangan lain, maka akan terlihat hasil budaya Lebak saat ini seperti pakaian bangsawan dan tenun baduy. Hal yang paling menarik diruangan ini adalah replika Prasasti Cidanghiyang yang terbuat dari lilin, menurut Pak Ginandar replika ini dibuat benar-benar menyesuaikan bentuk asli dari prasasti.

Ruangan terakhir yang kami kunjungi sebelum keluar yaitu ruang Rangkasbitung yang merupakan ruang temporer. Disini kita dapat membaca beberapa buku Max Havelaar yang disediakan karena terdapat juga tempat duduk. Selain itu, profil dari orang-orang yang memiliki kisah di Rangkasbitung.

Selain ruang koleksi, kami juga mengunjungi taman yang berisikan beberapa patung, diantaranya patung Max Havelaar dan dua patung lainnya. Jika datang di pagi hari, kita dapat bebas foto dengan patung tersebut, karena sinar matahari belum terlalu terik.

Museum Multatuli tidak hanya menyajikan koleksi yang dimilikinya, namun terdapat program-progran lain yang melibatkan pihak luar untuk menarik wisatawan untuk berkunjung. Seperti program "Gaul bareng Komunitas" yang diadakan setiap hari Jumat pada pukul 2 siang hingga 5 sore, kegiatan ini dilakukan selama 20x dalam setahun.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Sejak 2022, Museum Multatuli melakukan program 3M (Mendengar, Menimbang, dan Mencipta) di Museum. Program 3M dilakukan setiap hari Jumat dan Minggu. Seperti saat kami datang, terdapat banner mengenai kegiatan ini, dimana kegiatan ini berlangsung pada 21 Juli -- 1 Desember 2024 yang didalamnya terdapat 4 kegiatan, yaitu seni music, mini vlog, gamelan, dan kepesindenan.

Selesai berkunjung ke Museum Multatuli, otak ini seakan terisi penuh dengan informasi-informasi baru terkait Multatuli dan sejarah lainnya. Museum ini merupakan museum antikolonialisme pertama di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun