Mohon tunggu...
Azkha Izatul Agista Putri
Azkha Izatul Agista Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Push Rank✊

Selanjutnya

Tutup

Film

"The Chronicles of Narnia": Lebih Baik Film atau Novelnya?

26 September 2024   12:50 Diperbarui: 10 Oktober 2024   10:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/5mRooGtf2

Film "The Chronicles of Narnia" yang diadaptasi berdasarkan novel-novel karya C.S. Lewis telah memikat hati penonton di seluruh dunia dengan menghadirkan dunia fantasi yang penuh dengan keajaiban. Bagi saya, film ini membawa saya kembali ke masa kanak - kanak ketika masih bebas bermimpi dan berimajinasi. Kisah tentang empat anak yang menemukan dunia Narnia, tempat dimana makhluk-makhluk magis, hewan hewan yang bisa berbicara dan pertempuran epik antara kebaikan dan kejahatan, selalu berhasil menghanyutkan saya ke dalam petualangan yang penuh dengan keajaiban.

 
Narnia memiliki nilai-nilai moral yang kuat. Kisah-kisah dalam Narnia mengajarkan kita tentang pentingnya percaya dengan hal-hal yang tak selalu bisa dilihat atau dibuktikan, tentang kekuatan persahabatan, tentang keberanian dan pengorbanan. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai melihat film Narnia dari sudut pandang yang berbeda.
 
Pertama, film ini kurang berhasil dalam menangkap inti cerita dalam buku. Ceritanya terasa terlalu simpel dan kurang mendalam, sehingga kehilangan beberapa makna terperinci yang terdapat dalam buku.  Beberapa karakter juga kurang berkembang dan tidak punya banyak kesempatan untuk menunjukkan sisi lain dari dirinya.  Contohnya, karakter Edmund, yang di buku digambarkan sebagai karakter yang lebih rumit dengan sisi gelap dan sisi baik dari dirinya, dalam film hanya digambarkan sebagai anak yang mudah tergoda dan egois.
 
Kedua, film ini terlalu fokus pada efek visual dan adegan aksi, sehingga pesan moral yang ingin disampaikan kurang terasa.  Narnia, dalam bukunya, memiliki pesan yang mendalam tentang kebaikan, pengorbanan, dan kekuatan batin. Namun, dalam film, pesan-pesan ini terkadang terlupakan di balik efek visual yang mencolok dan adegan pertempuran yang menegangkan.  Film ini seolah-olah lebih ingin menghibur daripada menginspirasi.
 
Ketiga, film ini kurang adil dalam menampilkan karakter wanita.  Meskipun ada beberapa karakter wanita yang kuat, seperti Lucy dan Susan, mereka tetap kurang mendapat sorotan dan peran yang penting dalam cerita. Film ini cenderung lebih fokus pada karakter laki-laki, seperti Edmund, Peter, dan Aslan, yang dianggap sebagai tokoh utama.
 
Terlepas dari kekurangannya, film Narnia tetap memiliki daya tarik tersendiri. Dunia fantasi yang diciptakannya memang memikat dan membuat kita ingin ikut berpetualang.  Film ini juga berhasil menghadirkan beberapa momen yang mengharukan dan penuh makna, seperti pengorbanan Aslan dan persahabatan yang terjalin di antara para tokoh.
 
Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa film Narnia lebih cocok diposisikan sebagai hiburan ringan, daripada sebuah karya seni yang penuh makna.  Film ini memang berhasil menghadirkan imajinasi yang luar biasa, tetapi kurang berhasil dalam menyampaikan pesan-pesan moral yang mendalam yang terdapat dalam buku.
 
Sebagai penonton yang telah berumur 18 tahun, saya mulai menghargai film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menantang pikiran dan mendorong kita untuk merenungkan makna kehidupan. Film Narnia, meskipun memiliki banyak kekurangan, tetap memiliki tempat khusus di hati saya, karena mengingatkan saya pada masa kanak-kanak yang penuh mimpi dan imajinasi.  Namun, saya juga berharap bahwa film-film adaptasi yang lain dapat lebih berhasil dalam menangkap inti cerita dalam buku dan menyampaikan pesan-pesan yang lebih mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun