sosok terkenal ini. Karena bobot bibit bebet ketokohannya melengkapi kekurangan ketiga tokoh yang sepintas paripurna dan memiliki karakter unggul, tapi Tanpa Sandiaga Salahudin Uno.. bagaikan sayur kurang bumbu, kurang garam. Bila Mantan Wagub DKI dan Menteri Parekraf NKRI ini yang dipilih sebagai Cawapres bisa dipastikan kemenangan sudah setengah ditangan. Setengahnya lagi tentu hasil perjuangan tim pemenangan, relawan, restu ibu, restu leluhur NKRI dan jangan lupa pentingnya  restu ilahi. Vox populi vox dei --suara rakyat suara Tuhan-. Â
Siapapun Capresnya. kandidat Cawapres yang tengah diincar tiga Capres NKRI sebenarnya 'hanya'Bila tidak berlebihan dinyatakan, satu sosok yang sedang jadi darling  mainstream media maupun media sosial. Bisa ditunjuk hidungnya, dia adalah sosok rendah hati, kaya harta, dan punya nilai silaturahmi tertinggi melebihi semua kandidat yang ada. Sayangnya, timnya tak bersegera melakukan lobi kongkret ke partai pengusung sehingga ketokohannya tak mendapat legitimasi untuk muncul sebagai "tha Next" kandidat RI 01. Menjelang babak akhir deklarasi pasangan calon saat genting seperti sat ini, sudah mengerucut setidaknya  tiga kandidat Presiden RI Periode 2024-2029, yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Secara kalkulasi matematik pembagian electoral tresshold yang menuntut 20---25  persen syarat partai pendukungnya, agak sulit membayangka  adanya calon Presiden Keempat. Namun, disadari atau tidak, ada posisi unik khusus buat Sandiaga Uno, ketiga Capres yang muncul menyeruak kebisuan pilihan publik, semua berhitung dengan tokoh pengusaha muda, santun, rendah hati, jenius juga bersahabat dengan milenial ini. Kekayaan materi, keunggulan fisik baik dalam olahraga berlari dan berenang terlihat nyata. Keringanan langkahnya sangat membantu, mendongkrak angka pemilih Capres Prabowo Subianti waktu itu. Bayangkan kurang dari delapan bulan, Sandiaga Uno hanya ditemani tim kecilnya , nekat silaturahmi keliling 1.500 titik di pelosok NKRI.
Menyentuh pasar rakyat di perbukitan papua, kampung nelayan di pesisir jawa, menerima curhatan pengusaha kecil dan kreatif batik, jenang, kuliner. Bertemu dengan pemuda, orang dewasa dan lansia. Bersilaturahmi ramah dan mendalam, bahkan  di beberapa desa , ia tidur dan tinggal bersama penduduk asli yang dikunjungi. Hal itu terlukis dalam bukunya, Muhibah Silaturahmi di 1.500 titik NKRI. Bukan hanya memecahkan rekor MURI. Bisa jadi, hasil perenungan dari perjalanan itulah yang membuat Menteri Parekraf  NKRI ini menggeindingkan Program ADWI (Anugerah Desa Wisata NKRI) dengan meng-gercep, geber, gaspol dan berkolaborasi dengan kementerian PUPR, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Pemda Provinsi-Kabupaten-Kota. Sehingga sepintas Kementerian yang mengurusi destinasi wisata dan ekonomi kreatif ini yang penyerapan anggarannya nyaris 100 persen. Karena semua program dijalankan dengan maksimal. Ssementara kementerian yang lain terengah-engah mengejar ketertinggalan realiasi anggarannya.
Sektor pariwasata-ekonomi-kreatif (Parekraf) inilah salah satu tiang pancang kebangkitan NKRI tampil kedepan setelah seluruh dunia bertekuk lutut dihajar Pandemi yang meluluhlantkakkan ekonomi serta keimanan pengusaha atau pekerja yang paling beriman pun. Betapapun Kemenparekraf dengan kerja yang gila-gilaan, berhasil mencetak rekor-rekor fantastis, Sukses Perhelatan KTT G-20, KTT ASEAN dan perhelatan internasional lainnya. Alhasil kunjungan wisatawan nusantara dan internasional meningkat pesat. Keberhasilan sektor Prekraf membenahi diri dan membangkitkan  semangat kepulihan ini, membuat Sandiaga Uno diminta berbicara di forum PBB, sebagai bentuk penghormatan dan prestasinya yang mengagumkan.
Harus diakui, sosok tinggi, tegap, berkacamata dan memiliki senyum tipis yang mempesona amat digemari emak-emak milenial ini, memang memiliki sentuhan tangan "Midas" yang dalam mitologi Yunani, apapun yang disentuhnya menjadi emas murni !.
Mari kita urut rekam jejaknya, Sejak jadi pengusaha di grup Saratoga, setiap perusahaan yang diakuisi dalam keadaan kolaps, sekarat , mati segan, hidup tak mau . begitu ditangani oleh tim menejemen mumpuni yang dikomandoinya, dalam waktu tidak terlalu lama sudah bisa hidup, menghasilkan profit dan bisa dijual kembali di pasar saham dalam keadaan harga saham yang baik dan menguntungkan semua pihak. Tak heran, sebagai pengusaha yang terbilang muda, total kekayaannya sudah mencapai Rp. 5 Trilyun (baca lima ribu ribu juta rupiah, nol dijit-nya mencapai 12 deret. Wow kan!).
Kalaupun akhirnya susut RP 1 Trilyun {baca seribu ribu juta, 1.000.000.000.000,-) dipakai untuk biaya kampanye Pilpres kemarin dan kalah terhormat bersama  Prabowo Subianto. Sandiaga Uno masih bisa tersenyum lebar. Karena kemudian kursi kehormatan sebagai Kemenparekfaf NKRI diterimanya dengan rendah hati, setelah sebelumnya meninggalkan kursi Wagub DKI yang sebenarnya masih bisa ia duduki kapan saja, seusai kalah Pilpres kemarin. Intinya menteri berwajah awet muda ini, menunjukkan pada dirinya dan dunia bahwa jabatan bukanlah segala-galanya, bukan akhir dari tujuan hidupnya,
Tapi kualitas Sandiaga Uno, dia menunjukkan kelas yang berbeda. Bukan berarti dia memunggungi tuntutan konstituen penduduk DKI yang menginginkannya duduk jadi DKI 02. Pastilah biaya yang dikeluarkannya mendukung Anies Baswedan pastilah tidak kira-kira besarnya. Walau tentu tidak sebesar angka biaya kampanye Pilpres yang mencapai trilyunan rupiah tapi ratusan miliar sudah pasti keluar. Sudah menjadi rahasia umum.
Maka elok-elok dan etikanya dalam Pilpres kali ini, seharusnya kursi Cawapres Anies Baswedan haruslah ditawarkan Mantan Gubernur DKI itu kepada Menteri Parekraf NKRI yang didukung PPP ini. Bila tidak memungkinkan secara public, karena mantan Jubir Jokowi itu didukung oleh partai Nasdem-PKS-Demokrat, setidaknya dalam lobi setengah kamar yang super rahasia, bisik-bisik itu disampaikan dalam sebuah jamuan kopi sore atau pagi yang elegan. Bisa jadi dalam perjamuan makan malam atau pagi yang elegan di tempat yang super rahasia. Bila sampai hal itu tidak terjadi. Terlihat sangat bahwa Anies Baswedan  tidak "njawani" tidak memegang prinsip tepo sliro, tenggang roso. Hanya sekedar seorang super intelektual yang cakap dan santun dalam mengolah kata tapi tidak memiliki etika dan tidak tahu berterima kasih, pada akhirnya.
Bisa jadi  Sandiaga Salahudin Uno tidak menerima pinangan tersebut, tetapi  ketulusannya menerima kursi Menteri yang anggarannya tidak melebihi Rp 2 Trilyun dibandingkan kursi Wagub DKI yang memiliki otoritas anggaran daerah diatas Rp. 100 Trilyun. Seharusnya membuat Anies Baswedan dan tim kampanyenya  berhitung keras. Bila mereka berniat lepas dari olygarki, sekapan dan sandera bandar-bandar kaya yang siap menghamburkan duit berapapun untuk kebutuhan kampanye presiden, tetapi kemudian memegang rente lemari besi anggaran Negara kemudian. Sebaiknya Sandiaga Uno menjadi pilihan pertamanya, demi rekonsiliasi nasional, dan kesantunan politik, "sang raja tersantun" NKRI ini. Â
Misalnya akhirnya ada pinangan rahasia dari pasangan lamanya, bisa jadi kalkulator politik Sandiaga Uno berhitung keras, karena dampak kampanye menjatuhkan Ahok yang begitu keras telah membuat Islam yang rahmatan lil Alamin, milik dan pengayom semua golongan , tiba-tiba jadi eksklusif dan membuat banyak orang yang ber-bhineka tunggal ika ini anti pasti sosok berseragam putih-putih yang demo memenuhi jalanan.
Padahal banyak cara damai merubah situasi tetapi jalan yang tengah-tengah adalah sebaik-baik jalan. Bukan yang terlalu ekstrim kanan atau ekstrim kiri. Mengingat NKRI ini betul-betul beragam dan tersebar dalam 13.600-an pulau yang terpisah. Kalau secara batin saja kita terpisah bagaimana bisa menyatukan jiwa dan ruh Nusantara didalam NKRI. NKRI Harga mati. NKRI tegak lurus langit. Bisa menjadi impian kosong sepenuhnya.
Mari kita kembali ke trek, sebaik-baik jalur perubahan adalah yang tengah-tengah saja. Masih ada pilihan Sandiaga Uno. Dari Prabowo yang sulit ditolak atau Ganjar Pranowo yang menggiurkan. Bisa jadi Menteri yang super kaya pengalaman lahir batin, melampaui umur fisiknya ini akan memilih salah satu pinangan dari Kandidat Capres NKRI untuk menjadi CaWapres-nya. Bisa jadi untuk kemasalahatan umat justru Sandiaga Uno istiqomah , bersantai, menjadi tokoh sentral kolaborator penyejuk dari ketiga pasangan kandidat yang muncul. Karena siapapun Presidennya, bisa dipastikan akan merangkul dua pasangan kandidat yang kalah untuk masuk cabinet terpilih nanti.
Sementara kursi super menteri yang posisi strategisnya diatas kewenagan Menteri Koordinator yang sekarang sudah pasti disodorkan oleh Ketiag tokoh Capres yang diam-diam mengakui dalam hati, sebenarnya tokoh yang pantas menjadi the Next Presiden NKRI adalah Sandiaga Salahudin Uno. Sayangnya, dan mungkin bagusnya, hasrat untuk menduduki kursi pertama tertinggi di negeri ini, bukan menjadi impian bahkan cita-citanya pribadi, tetapi berbuat untuk kemaslahatan 275 juta lebih rakyat NKRI baik mereka yang tinggal didalam negeri maupun menjadi diaspora di luar negeri justru menjadi fokus utamanya. Apapun posisinya nantinya, Sandiaga Uno akan mesem-mesem saja sambil minum teh hantat-wangi terbaik nusantara, baik menjadi Wapres, Super menteri, atau sekedar Pegusaha Super saja yang perduli wong cilik, semoga !. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H