Mari kita merenung dalam-dalam setelah tragedy kanjuruhan malang yang membuat kesedihan tak terperi orang tua dan kerabat korban, juga tangisan para penggiat bola di penjuru tanah air. Kesedihan Malang ini tiba-tiba menjadi hysteria massa dunia. Yag pada gilirannya menjadi aib tak terhapus N-KRI akibat tidak profesionalnya panitia dan tim kemanan yang bertugas saat itu.Â
Sepertinya corengan di muka negeri yang murah senyum dan punya daya juang diatas rata-rata. Maklum punya nenek moyang yang gigih melawan penjajah dulu. Kini punya beban tak terangkat. Meski pretasi bola dunia sedang merpket semenjak ada Sin tae Yong , lalu ada tri PSSI, Erick Tohir, eks Menpora dan Ratu Tisha yang masing=masing turun gunung dari tempat tertingginya masing-masing. Ingon bebruat yang terbaik ingin merubah nama baik PSSI dan nKRI dimata dunia. Ternyata sulit dan komplek.
Beruntunglah ada ontran-ontran dibatalkannya  tanding bola yunior ini, akhirnya dunia pun kembali berpaling kepad Israel dan perilakunya yang arogan, kebal kritik dan tidak punya malu. Negeri sekaya penjajah modern yang 'mengeringkan mata air di seluruh Palestina.Â
Mereka memberi air sekedar untuk bertahan saja di tiap rumah tangga negeri kota yang di injak-injak harkat martabat, serta kebutuhan pokoknya akan menghapus rasa dahaga ini sunggub keterlaluan. Sementara penguasa jazirah paling tua dan bersejarah islam ini, enak-enakan minum air sampai puas dari hasil distilasi air laut. Persediaan kebutuhan dasar warganya diurus dengan apik, penuh  tehnologi dan presisi sungguh penjajah terkini yang barbar.
Besar harapan, huru hara bola dunia yunior ini, akan membuat dunia berpaling pada isu kekejaman penguasaan sebuah negeri kota yang penuh rahmat Tuhan ini. Lalu anda tahu, siapa yang menjadi pahlawan upaya jenial ini, ya, benar para pemain PSSI  bola usia dibawah 20 tahun , yang telah bersiap-siap serius membina mental semangat juang dan fisik serta kekompakan timnya  selama 3 tahun.Â
Tidak percuma dan sia-sia. Karena ketulusan, determinasi dan doa para  pemain muda ini, akhirnya memulihkan nama baik NKRI yang semoat terguris , tercabik begitu sempurna, justru saat ini bisa puliih secara serta merta. Bisa terbilang ajaib.  Segala nama buruk dan cap tidak baik di dunia bola itu. Langsung sirna dan pulih, berubah menjadi warna putih dan terang benderang.
Begitulah bila kita sempat merasa sedih dengan penjajahan wabah pandemik yang membuat kita loyo, lemah, saling curiga dan sulit membangun keutuhan fokus isu baik. Inilah saatnya titik balik pemulihan yang penting. NKRI bukanlah negeri ecek-ecek, yang punya integritas dan sikap jantan dan loyal pada Palestina yang terkurung polah pongan berutal Israel  selama ini.Â
Penulis harus mengucapkan salut, duka yang dalam, tapi angkat topi setinggi-tingginya. Lemparan 'rudal' ala seorang Pratama Arhan, membuat banyak penggemar bola dunia berdecak kagum. Apalagi ini 11 pemain PSSI Usia dibawah 20 tahun N-KRI setelah menunduk sedih karena dibubarkan oleh PSSI, justru sejatinya diam-diam melempar bola isu "hypersonik" tentang kemenangan solidaritas negeri Nusantara rayuan pulau kelapa  akan derita "wong cilik" muslim Palestina atas ulah penjahat perang kebal hukum internasional ini.
Siapa tahu lemparan rame-rame yang memantul di dinding simpati publik bola internasional pada isu kejahatan humanitarian yang acap dilupakan, kini tiba-tiba bangkit kembali, positif dan penting. Inilah kerja ilahi yang sulit diterima nalar, tapi bisa jadi berkat doa dan tangis kerabat dan fans bola kanjuruhan, menjadi duka massal itu menjadi enerji positif yang membuat NKRI gilang gemilang menang telak dalam diplomasi internasional memojokkan komprador besar ini ke sudut rapuh, dan rawan. Sungguh hebat PSSI NKRI. Mari kita angkat topi dan lempat bola isu positif ini tinggi-tinggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H