Menata destinasi wisata agar  halal dan ramah bagi keluarga muslim tidaklah mudah, karenanya Kemenparekraf amat berhati-hati ketika mulai membenahi  sebuah destinasi wisata biasa menjadi khusus destinasi halal, pendekatannya harus ekstra hati-hati, Jangan sampai  salah kaprah sehingga ditangkap sebagai upaya semacam misonaris men-syariah-kan destinasi.Â
Sehingga dari awal harus disadari bahwa  niatan merangkul banyak pemangku hajat di suatu destinasi bukanlah pedekatan basa basi tapi murni dari hati. Agar simpati, perasaan terlibat dengan pentaan arewa wisata minat khusus ini tidak  menimbulkan antipasti yang dapat memacetkan program pengembangan destinasi tersebut.Â
Padahal pasar wisatawan nusantara dan turis halal internasional amatlah potensial dan terbuka lebar dari seluruh penjuru dunia, keluarga penganut agama Islam ini siap berbondong-bondong datang menyerbu kawasan  destinasi halal yang khas, menarik dan ramah menerima tamu-tamu istimewa ini.
Banyak kendala mulai kesalahan paradigma, perbedaan persepsi, serta stereotip pelaksanaan kebijakan dimasa lalu yang terlalu dogmatis sesuai Juklak {Juklak Pelaksanaan}. Juknis (Petunjuk Tehnis} saja, mengabaikan fleksibilitasi, imajinasi, Improvisasi serta kedalaman pemahaman pelaksana kegiatan serta minimnya serta tidak tepatnya  sosialiasi program destinasi spesial yang bisa dipastikan akan meneguk banyak profit dari kantung wisatawan muslim seluruh dunia..Â
Menurut Mernaprekraf RI, Â Sandiaga Uno, Kemenparekraf sedang mengembangkan konsep wisata halal dengan tiga layanan tambahan dasar. Pertama, need to have, ini merupakan suatu keharusan. "Yang dimaksud need to have artinya menyajikan aneka kuliner halal.Â
Restoran mana saja yang menyediakan makanan halal. Sehingga wisatawan merasa aman mengonsumsi makanan halal," terangnya. Berikutnya, good to have, yakni misalnya akan lebih baik jika di tempat wisata dihadirkan toilet yang ramah bagi muslim dan muslimah. "Ketiga yaitu nice to have. Jadi, akan lebih baik jika ada fasilitas rekreasi yang ramah dengan keluarga muslim," paparnya.Â
Dengan dikembangkannya konsep wisata halal, maka pemasukan untuk sektor ekonomi kreatif di Indonesia akan semakin besar karena didukung dengan semakin ramahnya layanan dan fasilitas yang berbasis halal.
Sepintas mudah saja, mengembangkan wisata khusus ramah tamu keluarga yang perlu layanan berbe4da. Misalnya, desain mal-mal yang ada di tanah air, hanya mengedepankan gerai-gerai jualan produ maupun kuliber saja, sementara areal mushola, atau tempat sembahyang, biasanya sulit dicari, bilapun ada di pohjok yag sulit dicari, cekat toilet yang bau, acap kali; keberadaannya berada di basement.Â
Sungguh amat memprihatinkan. Lalu keberadaan toilet, tempat buang air kecil  laki-laki, seringkali ada kersalahan dalam pemilihan bentuk toilet yang ramah tamu muslim. Minimal harus ada pancuran kecil di tengah toilet yang bisa digunakan untuk membasuh alat kelamin agar bersih dari najis.Â
Nah, kebanyakan toilet yang ada tampilannya amatlah mewah dari segi warna dan desain, sayangnya pancuran air untuk mengguyurnya banyak yang langsung jatuh ke dinding tempat air seni tumpah, sehingga menyulitkan keperluan membasuh tadi.Â
Akibatnya pengunjung yang gagal cebok, bias anya kapok datang lagi ke tempat tersebut, sekalipun bagus, murah dan tertata kreatif gerai dan tempat makannya. Hanya karena tidak ada tempat buang air kecil yang ramah prsedur pipis yang khusus ini.
Di bagian kuliner, juga acap ada kendala. Maksud dan tujuan destinasi kuliner halal, bukanlah berfarti seluruh kuliner yang tersaji di area tefrsebut haru hala. Sebetulnya bisa berdaampimgan dengan gerai asal ada tanda jelas yang membedakan mana kedai yang halal dan mana yang tidak halal.Â
Seperti di bali masa lalu, pengunjung sebuah tempat makan, hanya bisa membedakan yang menyediakan menu yang halal atau tida halal, hanya dengan melihat adanya tempat bunga kecil yang biasanya menjadi ajang perfsembahan umat hindu.Â
Sedang resto yang halal tidak ada tulisannya, hanya tidak ada persembahan bunga di pintu atau meja kecil depan pintu saja. Sekarang bali sudah berbeda, bebenah, tapi tetap harus disempurnakn. Label bali sudah terlanjur sebagai destinasi pulau dewata, dimana tradisi Hindu amat kiuat dan jadi ragam perikehidupan utama disekitar obeyk-obeyk wisata indah dank has disana.
Nah, mengembangkan destinasi halal, memerlukan ketepatan rencana, sosialisasi yang cukup serta menejemen isu halal yang perlu kreatifitas yang tinggi. Kadang dua destinasi yang memiliki pesona alam yang mirip dan nyaris identik pun tidak bisa disamakan begitu saja dalam pengebangan jenis wisata yang dikembangkan.Â
Misalkan Pulau Bali dan Lombok, peona keindahan pantainya, tetumbuhan yang ada, terawatnya habitat hewan dan hutan-hutan tertentu. Sebenarnya menjanjikan kedua tempat yang berdekatan ini , bisa dikembangkan dua destinasi laris dan hebat. Diharapka dua pulau yang lumayan dekat ini bisa berkembang pesat. Ada cetak biru di masa lalu yang mencoba mengungkit destinasi Lombok dikembangkan mengacu pada model yang berkembang di bali.
Wisatawan bekas buka baju di pantai mana saja, minuman beralkohol diperdagangkan bebas, serfta perilaku bebas yang tidak menutup aurat ini, tentu membuat risaih para turus halal. Kemudian penduduk Lombok yangcdominan muslim pun tdiak seterbuka penduduk Bali dalam hal kaidah dan perikehidupan berbusana, makan minum, bahkan sekkedar kehadiran hewan 'lucu' seperti anjing yang bebas berkeliaran saja, akan menimbulkan banyak dampak tidak nyaman bagi tamu muslim ini.
Maka sebelum pengembangan destinasi super prioritas , Lombok di masalalu sempat dikembang dengan pednekatan yang salah kaprah. Program tefahir, cukup banyak perubahan, u tuk mengejar laju tamu di Bali. Lombnok dilengkapi dengan bebrbagai event olahraga dunia, seperti balap motor superbike, lari marathon level dunia, sepeda dan banyak cabang popular lainnya. Terobosan ini tentu menjadi keunggulan tersendiri bagi Lombi.
Sayangnya pengembangan kreasi baru ini, tidak juga mengembangkan wisata halal yang ramah bagi pengunjung atau keluarga muslim.
Tapi masih ada waktu untuk berbenah, kita tinggu dan lihat semoga pemangku hajat di pariweisata Lombok bisa bersinerji dengan program Kemenparekraf untuk memajukan wisata halal, dan menjadi lokomotif penarik gerbang pariwisata nasional dan internasional dialam melayani kebuutuhan jalan-jalan turis muslim yang haus destinasi yang siap mrnjadi rumah kedau mereka. Bila Bali menjadi idola dan mahkota pariwisata Indonesia di mata dunia internasional, bukan tidak mungkin di masa depan, Lombok bisa menjadi destinasi idolaturis muslim yang rindu kawasan hala yang eksotis seperti Lomboj ini. Semoga ! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H