Mbah
Aku datang
Mengetuk gerbang rumah hatimu
Kucium kaki keriput
Yang diayun kursi goyang ukir naga sangar,
Tapi tak ada kegentaran di benak
Karena 111 tahun usia perjalanan menapaki sengkarut dunia
Sudah kau jalani
Jauh dari jumawa,
Hanya senyum dan canda tawa
Dulu barat dan timur
Jauhnya melampaui alam pikir sederhana,
Kini langit dan bumi dekat, karena tatapan teduh
Pijar mata yang dalam,
Tak ada vibrasi kesombongan
Dari suaramu yang penuh petuah baku
Laku hidup
Yang perlu
Ketika kucium juga tangan mu
Sejatinya aku mencium kekotoran niat dan laku lancang
Lancung selama ini
Kini aku datang di rumahmu
Bukan berkunjung tapi pulang
Ya, seperti kanak kecil
Yang kembali ke pondok bermainnya
Padahal perjalananku telah sedemikian jauh
Separuh bumi
Separuh nyata
Separuhnya lagi gelap
Masih penuh misteri
Layaknya espreso kopi arabika Sidikalang
Yang kuminum
Di kafe senja
Kawanku
Di tengah malam yang mestinya
Hening
Tapi suara bergetar iwan fals
Mengulik kantuk tubuh
"Penguasa
Penguasa berilah hambamu uang... "
Kembali kucium kakimu
Kakimu yang wangi
Lumpur sawah
Masalalu petualangan ku yang kejam
Dan kelu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI