Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Mesti Kamu Takuti, Sejatinya Bayanganmu Sendiri

30 November 2021   19:44 Diperbarui: 1 Desember 2021   14:25 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tercium semburan arumdalu
Bau harum tak terdefinisi
Bersumber dari bunga kah
Atau aroma seberang dimensi
Yang belum dikenali
Panca indera biasa

Perlu indera keenam
Rasa ketujuh
Asa kedelapan
Nyali tekad kesembilan
Menyingkirkan tiga belas ketakutan
Kecemasan
Tak berpasal

Saat gerbang dibuka Portal tak terlihat  membuka gapura senyap melenyapkan keriuhan batin ricuh, teraduk sunyi, menghentikan segenap nada tinggi, semesta ambisi makhluk bumi, merendah, mengendap dalam keruhnya. Keruh.

Ketika bening perlahan tiba, apakah kejernihan yang kita tunggu, akan datang menyergap, layaknya musafir lapar, atau keheningan akan mendadak kehilangan dentingnya saat jiwa lepas dari jeruji rasa bersalah dan kesalahan diri.

Bau kuat yang menyengat, bahkan hidung yang tersumbat. Apakah ini ruapan bunga bunga sorgawi, atau justru muntahan aroma liur daging pendosa terbakar, yang terbakar di nerakanya neraka.

Di dunia hampa tak bertepi, bagaimana bisa mengenali wajah sendiri,  bila. Retakan cermin refleksi hancur berkeping-keping, diamuk waktu yang kehilangan arah jati diri.

Arah takdir bukan jauh melompat kuantum ke masa terang masa depan tapi justru terhisap surut, jauh ke belakang. Lalu apa yang bisa dipetik dari sebuah perjalan nasib di dunia nyata. Bila separuh diri, tenggelam dalam bayangan menakutkan dari phobia, phobia tak bertepi?.

Bau apa ini?
Daging matang bukan, rambatan hangus petir bukan, tapi ini bau yang amat tak kau kenali. Padahal, akulah bau-bau tak kau kenali
Dari jejak aib
Dosa terbakar
Jejak masa lalu
Entah di bakar rasa bersalah
Entah dihajar bara semesta sampah
Kenali
Kenali
Barangkali
Itulah bau amok nafsumu
Sebenarnya,
Baik kau akui ataupun tidak?!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun