Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Mistis Pawang Hujan, "The Next" Atraksi Sirkuit Mandalika

26 November 2021   01:52 Diperbarui: 26 November 2021   12:30 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benguk, Pawang Hujan milenial, merayu hujan agar tak jatuh di ibukota xukup dengan soft drink,  euy! . (istimewa) 

Saat ritual menolak hujan, Benguk sahabat Penulis,  terbilang pawang hujan milenial, penuh gaya dan keluar dari arus utama. Tidak serba hitam, bertampilan seram, berkumis cambang lebat, penuh Cincin besae.sama sekali tidak. Justru datang memakai motor Ninja merah yang kinclong, rambutnya panjang terurai, diikat santai. 

Bila spesialis penolak hujan yang lain. Biasanya minta rokok merek tertentu, kemenyan Arab, lalu sajian kopi pahit. Nah, yang terakhir, Benguk meminta soft drink,  seperti fanta, sprite, kadang juga coca cola, untuk kelengkapan persyaratan. Lucu, kan...?.

Dalam laku spiritualis muda  pengelola hujan ini,  berani tampil beda. Profesi unik, yang biasanya dimanfaatkan oleh penyelenggara event outdoor, pesta kawinan,  pertandingan olahraga raga, shooting dan aneka keperluan yang perlu teriknya sinar matahari. Karena bila hujan tidak dikelola dengan baik, gelaran acara di tempat terbuka, bisa berantakan dan merugikan panitia.

 Seperti yang terjadi di gelaran race perdana di hari perdana World Superbike pekan lalu di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, NTB. Sampai-sampai panitia berkoordinasi dengan dinas terkait, untuk merekayasa penggeseran hujan bekerja sama dengan Angkatan Udara memakai pesawat angkut, membuang garam natrium dalam jumlah banyak di lautan sehingga  bibit hujan tersedot, berkumpul dan jatuh di tengah laut, sebagaimana dinyatakan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah. 

Ketika race  kedua bisa berlangsung tepat waktu dengan  langit sore yang terang benderang tanpa benih hujan setitik pun.

Pawang Hujan Diolok-olok Lapor Polisi

Meski cuaca  hujan, atau tak hujan sejatinya alamiah saja. Namun yang terjadi di Mandalika berbeda dan cukup ekstrim. Ada pawang hujan yang sukses membuat langit terang benderang saat Jokowi datang dan menjajal sirkuit dengan ngebut naik motor retro dan outfit buatan Indonesia. Foto pawang Damai Santoso  bersama Jokowi sempat viral saat sirkuit resmi dibuka Presiden.

Pekerjaan terhormat mengelola hujan secara tradisi di tengah musim penghujan, tidak ringan. di saat event level nasional berlangsung  terbilang amat sukses.

Tapi sepekan kemudian pada level dunia, karena hujan deras turun di balapan superbike race 1, viral-lah akun unggahan @leekuwangso  menampilkan foto diri pawang hujan, Damai Santoso yang dibanjiri komentar yang menyakitkan hati profesi Pawang Hujan lokal.

Oleh karena itu, Damai Santoso alias Amaq Daud membuat laporan polisi lantaran tidak tahan diolok-olok di media sosial. Warga Dusun Sangkung, Desa Bangket Parak itu disebut-sebut sebagai pawang hujan dan dikaitkan saat event World Superbike 2021 di Sirkuit Mandalika.

Soal nama baik, rupanya tidak hanya monopoli kaum elit, buat profesi pawang hujan sekaliber Damai Santoso, haruslah dijunjung tinggi,  sekalipun
Harus memilih jalur hukum untuk mengatasi persoalanya. Dia melaporkan akun haters Pawang Hujan  tersebut ke Polres Lombok Tengah,

Pasalnya dalam perhelatan balap dunia itu, dirinya dan keluarga yang lain tidak pernah diundang pihak ITDC maupun MGPA sebagai pawang hujan saat WSBK berlangsung, kecuali pada waktu kedatangan Presiden RI ke Sirkuit Mandalika saja.

Hormati Pofesi Pawang Hujan Lokal

Sesuai arahan Menparekraf, Sandiaga Uno, yang tak lelah keliling Indonesia, menyentuh nyaris semua Desa-desa Wisata unggulan, agar semua potensi yang bersifat sangat lokal bisa go global. Pariwisata kembali bangkit hendaknya berkembang dengan penuh kreatif, inovatif, dan kolaboratif.

Hendaknya, pihak terkait seperti Gubernur NTB,  Zulkieflimansyah berkoordinasi dengan dinas terkait serta pemangku hajat industri wisata. Utamanya penerus tradisi Pawang Hujan di even-even lokal, nasional sampai dunia.

Penulis menyadari, Zulkieflimansyah yang lulusan luar negeri cenderung memakai teknologi rekayasa cuaca menggunakan metoda penaburan garam natrium dengan pesawat udara.

Sudahkah dihitung,  berapa biaya yang dikeluarkan untuk upaya penggelontoran garam di udara, dibanding membayar satu atau selusin pawang hujan tradisi, yang dihormati di lingkungan tradisinya selama ini. 

Janganlah, hanya demi kepentingan pragmatisme, pawang hujan profesi yang ditekuni oleh orang-orang berbakat unik, dengan laku lahir batin prihatin melampaui ukuran manusia wajar. Sejatinya pawang hujan adalah orang luar biasa, tidak  dihargai, tidak diberi penghiduoan layak, dilecehkan pula.

Bayangkan, saat Pawang Hujan beraksi, acap hanya sendirian,  bermodal perangkat sederhana,  mereka mampu melakukan kerja luar biasa. Melampaui kerja satu kru pengangkut pesawat cesna atau herkules demi menggeser hujan dari areal acara terbuka.

Nah,  saat normal baru begini, negeri kita mulai getol. Memanggil wisatawan mancanegara dari pelosok dunia manapun. Kembali ke NTB, yang tengah mengembangkan Destinasi Super Premium (DSP),  Mandalika - Lombok., keberadaan Pawang Hujan hendaknya diberi ruang tampil yang bermartabat.

Atraksi Wisata
Bila DSP Mandalika - Lombok diarahkan  sebagai  destinasi wisata olah raga level nasional, regional dan dunia. Keberadaan Pawang Hujan bisa diakomodasi dengan elok dan kreatif.

Setiap kali persiapan even, pawang hujan  lokal sweta pawang hujan dari penjuru tanah air, dipanggil, diseleksi, bila perlu di Fit and Proper Test. Katakanlah dipilih sembilan pawang untuk even sebesar WSBK kemarin, atau 36 (nomer kersmat) Pawang Hujan untuk akang MotoGP tahu 2022 nanti.

Mereka yang terpilih di tampil akn disetiap sudut penting, ala secret service tapi tidak berkostum seragam. Justru bebas, tapi sebaiknya mengenakan kostum daerahnya masing-masing. Masuk lapangan, jauh sebelum acara dengan upacara kebesaran ala raja-raja jaman dahulu.

Nah, semua proses itu diabadikan dengan baik. Oleh TV nasional syukur nationalGeogtaphic atau TV global. Lainnya yang menayangkan. Disitu wajah Menparekraf, Sandiaga Uno, Bersama Gubernur NTB,. Zulkieflansyah, bisa berpakaian ala raja Lombok, atau suku sasak bersama permaisuri dan jajarannya. Elok bukan?!.

Lalu bagaimana bila ikhtiar mengumpulkan pawang hujan sebanyak itu menjelang even dunia, langit masih juga. Menghitam, karena kehendak. Alam.

Saat itu, Diam-diam, secara senyap diperintahkanpesawat Gatotkaca,  buatan Nurtanio atau PT. Dirgantara Indonesia yang badan pesawatnya dipenuhi. Garam mengandung natrium. Kuat yang ditebar di tengah laut sana.

Pada akhirnya ihtiar mengelola hujan ala tradisi Pawang Hujan peninggalan nenek moyang bisa bersinerji dengan tehnologi rekayasa hujan diatas, bisa dikedepankan di panggung dunia. Bahwa hanya Indonesia yang memiliki. Pasukan penolak hujan yang istimewa.

Memelihara tradisi lokal dalam laku  global, rasanya pantas kita menempatkan profesi Pawang Hujan sebagai atraksi wisata yang super menarik. Pasti orang luar sana terpukau denga lagak laku aksi Pawang Hujan. Lokal kita yang mengusir hujan bermodal soft drink Fanta saja,  seperti aksi Sahabat Saya Benguk, si Pawang Hujan Plamboyan.

Mari. Pak Zulkieflimansyah, mari bersinerji dengan Pak Sandiaga Uno kita 'jual" Aksi. Pawang Hujan nasional yang paten ke mata internasional mulai dari. Sirkuit Mandalika-Lombok. Kalau perlu kita daftar akan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. Jangan sampai keburu diaku Malaysia, Lho, Pak?!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun