Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angkatlah Telepon Dariku, Kau Akan Tahu Rinduku Jadi Api

31 Agustus 2021   03:13 Diperbarui: 31 Agustus 2021   03:50 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa teleponku tidak kau angkat?Banyak hal penting yang mestinya
Sampai  padamu
Segera

Seperti cuaca buruk di samudera
Ombak tak cuma setinggi atap terpal perahu kayu rendahmu
Ombak akan datang setinggi pohon kelapa lima enam meter
Mengayunayunkan seutas nasib dalam pelayaran karma yang getas
Terapung tetapi tenggelam
Tak kemana
Tenggelam tapi mengapung
Tak bermakna

Kenapa tak kau angkat juga teleponku
Kabar cuaca buruk
Penghalang jalan tualang bebasmu
Harus segera sampai
Lebih cepat dari petir
Lebih byar daripada kilat

Kalau kamu pikir pelarianmu
Akan mampu membebaskan kuda bersalah dari kandang rapuhnya
Lalu mengapa  kuda kuda liar
Di sabana rumput coklat
Rindu air pengampunan
Terus saja berlarian
Meringkik gila
Bersenang senang
Mereka lari dari apa
Kamu lari dari  siapa
Bayanganmu pun
Telah lelah berlari
Tanpa ampun
Tanpa jeda

Kenapa tak jua kau angkat teleponku
Sedang semua kabar buruk
Tak mesti berarti sial
Tak semua kabar baik
Akan sampai di telinga batinmu
Nan bebal

Kenapa tak jua kau angkat teleponku?

(Gurujiwa, penghujung Agustus 20-21)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun