Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cuti Panjang Penggali Kubur

13 Agustus 2021   12:17 Diperbarui: 13 Agustus 2021   12:41 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menetes air mata yu prapti tak berhenti
Mengalir dipipi keriputnya tanda duka mendalam seraya menyapu daun bunga kering yang jatuh di pemakaman umum tempatnya bekerja sebagai juru bersih mata air dimatanya semakin membludak manakala menyapu di sekitar pusara Kang Jayo suaminya

Tanahnya masih merah
Kelopak bunga bunganya baru mengering sebagian
Tapi kebun yang bersemayam di hatinya
Tandus meranggas kehilangan hijauan
Semua bunga layu kaku
Membatu
Memfosil

Tangis yu prapti masih susah berhenti
Menyesali Kang Jayo yang lupa menjaga diri saat bertugas menggali kubur bersama kawan kawannya bikin pepes istilah mereka untuk setiap job menggali kubur baru dan prosesi pemakaman

32 lubang jasad digali tiada henti dalam dua minggu puncak covid di kotanya. Rejeki bertumpuk siang malam hampir tak ada waktu istirahat, sampai pemakaman terakhir jam 2 siang lalu Kang Jayo kelelahan tertidur, jam 7 malam kang Jayo  habis nafasnya.

Tim penggali kubur kawan kawan sejawatnya pun bekerja mengayun cangkul malam itu,  semua tak habis pikir beberapa jam lalu mereka masih ngopi
Mepes bersama
Malam ini mereka mepes kang Jayo

Yu Prapti makin menjadi karena kang Jayo di covid-kan sehingga harus dimakamkan dalam peti tanpa gelu
Tiga bulatan tanah peng ganjal jenazah
Tangisnya histeris
Ia iklas
Kang Jayo pergi
Dimakamkan mendadak
Asal dimakamkan dengan gelu
Bukan dalam peti kayu
Tanpa bulatan sekepal tangan iitu

Kompromi pun didapat kang Jayo harus tetap dimakamkan  dengan prokes rapi bisa dimasukin gelu. Lalu kawan penggali kubur seeprjuangan pun
Beramai ramai membuat tiga gelu
Bulatan tanah  dari sisa tanah bekas galian kang Jayo terakhir

Lalu sepi
Penggali kubur yang selalu mengingatkan untuk jaga Kondis i dengan minuman wedang sereh dan air kelapa muda telah pergi
Menemani puluhan jasad yang pergi nyaris bersama sama
Kang Jayo mukim di pusara ke 33

Tidurnya pulas
Panjang
Cuti menggali kubur selamanya
Kenikmatan tukang gali kubur
Hanyalah bisa tidur di tempat tidur abadi yang berasal gali oleh kawan seiring seperjuangan

Yu prapti lega
Tiga gelu tanah yang diinginkan nya bisa jadi bantal layak buat sang suami
Tapi tangis nya masih saja mengalir
Karena tak sempat mencium suaminya. Tak ada kata pamit pisah
Diantara mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun