Ibu dari klien baruku
Dipanggil pulang
Ibu dari sahabatku
Nun jauh di Seberang
Saat lama aku tak bertandang,
Persis malam aku cengkrama dengannya dipanggil pulang
Bapak dari rekananku
Dipanggil pulang pula
Hari hari jadi sepi
Orang orang terdekat tadi
Tak tampak gigi putihnya
Apalagi senyumnya,
Cuaca sendu kelam
Tawar
Banal
Seperti ada gumpalan menyumpal
Di lubang tenggorok  nafas
Menghalangi basa basi
Lalu saudaraku
Dokter ganteng yang iklas
Melayani nelayan pantura
Ikut dipanggil pulang
Kawanku dokter
Kakaknya yang dokter
Dipanggil pulang pula
Sejatinya
Ini hari yang biasa
Tak beda kemarin,
Hanya lebih sunyi
Tak ada tawa lepas di kafe tempat kita nongkrong
Hanya gumam  kesal gelisah
Diblokade ppkm disana sini
Saat aku malas kembali ke sarang
Tetangga mudaku
Bergegas pulang
Membuka pintu rumahnya dengan semangat ingin cepat istirahat
Lalu sebotol besar creamy vanilla latte
Starbuck diangsurkannya dingin
Ke telapak tangan sepiku
Yang menggigil rindu cengkrama
Tanpa kata
Hanya senyum tulus barista
Yang khas
Yang membuat  penikmat kongkow malam malas dipanggil tersayang
pulang
Selalu ada alasan
Tambah segelas kopi
Tambah nyali penguat hati
Untuk menikmati  makna kesucian gelap
Dalam hati yang terang benderang
Menolak panggilan cepat pulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H