Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bila Kau Tak Berubah, Alam Mengubahmu

27 Juli 2021   23:53 Diperbarui: 28 Juli 2021   00:52 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada benang ruwet masalah
Yang menelikung
Mengunci
Memblokade
Semua rencana baik
Tapi belum teruji di lapangan

Ketika pandemik membuati jawa bali sunyi
Target apa yang bisa dihitung
Oleh usaha hotel
Resto
Ekspedisi
Semua sektor relaksasi
Tak ada panah vektor grafik yang keatas
Semua menghujam
Menukik tajam

Perencana paling optimis pun
Menggigil melihat ekspetasinya meleset jauh,
Pelaksana paling berani pun
Harus angkat tangan, realita tak sesuai jangkauan nyali,
Pembuat evaluasi pun
Bergetar Karena jarum analisanya Patah seribu
Tak ada teori lama
Bisa menjelaskan arah fenomena normal baru ini
Mengarah kemana
Kepada kesetimbangan baru
Atau chaos sempurna

Ketika pulau demi pulau
Lampu jalan jalan protokolnya dimatikan
Kegelapan menghapuskan kebenderangan
Kota yang kita punya
Sudah bukan milik kita lagi

Iklaskan
Relakan
Terkadang sepi cenderung kurang dihargai
Daripada gemerlap hingar bingar keramaian hati
Padahal bisa jadi semua sudah penat
Ini waktu terbaik pulang
Kembali ke pelukan yang tersayang
Di sarang kasih sayang
Yang banyak dilupakan insan

Di normal baru
Wajib semua menjadi manusia baru
Di bumi yang tengah dibersihkan tangan tangan malaikat pembersih dosa

Bila detik ini kau tak tergugah
Berubah
Bisa jadi kitalah penyebab kerusakan permanen bumi coklat tua
Rapuh
Renta
Nyaris kadaluwarsa

Kapan kita berubah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun