Yang menelikung
Mengunci
Memblokade
Semua rencana baik
Tapi belum teruji di lapangan
Ketika pandemik membuati jawa bali sunyi
Target apa yang bisa dihitung
Oleh usaha hotel
Resto
Ekspedisi
Semua sektor relaksasi
Tak ada panah vektor grafik yang keatas
Semua menghujam
Menukik tajam
Perencana paling optimis pun
Menggigil melihat ekspetasinya meleset jauh,
Pelaksana paling berani pun
Harus angkat tangan, realita tak sesuai jangkauan nyali,
Pembuat evaluasi pun
Bergetar Karena jarum analisanya Patah seribu
Tak ada teori lama
Bisa menjelaskan arah fenomena normal baru ini
Mengarah kemana
Kepada kesetimbangan baru
Atau chaos sempurna
Ketika pulau demi pulau
Lampu jalan jalan protokolnya dimatikan
Kegelapan menghapuskan kebenderangan
Kota yang kita punya
Sudah bukan milik kita lagi
Iklaskan
Relakan
Terkadang sepi cenderung kurang dihargai
Daripada gemerlap hingar bingar keramaian hati
Padahal bisa jadi semua sudah penat
Ini waktu terbaik pulang
Kembali ke pelukan yang tersayang
Di sarang kasih sayang
Yang banyak dilupakan insan
Di normal baru
Wajib semua menjadi manusia baru
Di bumi yang tengah dibersihkan tangan tangan malaikat pembersih dosa
Bila detik ini kau tak tergugah
Berubah
Bisa jadi kitalah penyebab kerusakan permanen bumi coklat tua
Rapuh
Renta
Nyaris kadaluwarsa
Kapan kita berubah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H