Bibir bibir tersenyum
Datang dari berbagai penjuru
Datang naik perahu kayu
Untuk bersenang senang
Berfoto
Mengabadikan kefanaan diri
Di dermaga tua
Rumah sakit kuno
Yang atapnya rubuh
Dindingnya sobek ditelan waktu
Cipir cipir
Kaki kaki berpasir
Melipir
Mencari makna
Melepas kepenatan fikir
Membuang ambisi
Layaknya kembang waru coklat
Yang djatuhkan dewi pemelihara bunga
Nan welas asih
Jatuh di keningku
Saat mengheningkan diri
Menyatu dengan ombak
Angin dann goyangan bambu bagan pemancing
Rapuh
Tapi kukuh
Menjaga semangat
Dan harapan panen ikan
Saat yang lain tak berharap mukim di lepas laut
Pantai muara kurang
Di pulau cipir
Ada seribu kenangan masa lalu
Yang kutemui
Terhampar di pasir coklat berbatu pondasi bentang
Dan rumah sakit belanda
Tapi jejakmu
Hilang dimakan rindu
Asmara
Yang dipermainkan seribu ombak
Pulau pulau mungil doa
Tempat asa tumbuh
Dan harapan dipelihara
Agar bertunas kembali
Walau cuaca buruk
Dan global warming
Mepersulit hutan asmara kita
Berkecambah hidup
Dan menyemangati hati
Saat melewati perjalanan sepi kehidupan
Berjalan ke tujuh penjuru
Mencari arti bibir
Kecipir rempah jati
Lalu pada meriam meriam tua berkarat
Aku titipkan rindu tak berjeda
Padamu
Kekasih waktu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H