Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Stasiun Tawang Hati Rapuh Diuji Lagi

26 Mei 2021   10:56 Diperbarui: 26 Mei 2021   11:03 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Turun di stasiun Tawang
Kakiku gemetar
Terlalu banyak duduk
Di kursi eksklusif kereta eksekutif
Naik kereta serasa naik pesawat
Tapi Kesan mewahnya luntur
Karena tak ada manjamu
Di bangku samping
Bermesra sepanjang  pengembaraan
Lokomotif penarik gerbong kereta
Dari stasiun gambir dekat Monas
Menuju stasiun kereta manapun

Tujuan manapun
Tak penting
Asal kita berdua
Matamu menatap mataku
Mataku terpikat lentik cahaya matamu
Tawamu
Tawa romansa kita
Dulu,

Kini kau milik
Yang lain
Lelaki yang dijodohkan keluargamu
Aku terpaksa minggir
Dari sentral panggung hidupmu

Apa boleh buat
Apa mau dikata
Sibuk berburu berita eksklusif
Membuat berita cinta kita
Basi
Hilang denyut
Hilang nada

Aku masih milikmu
Tapi kalbumu dibawa pedang takdir
Pulang jauh
Dari jarak penjuru manapun
Yang bisa kudekati
Aku kalah
Hancur sempurna

Kaki lemah menuju pintu keluar
gerbong mewah biru ini
Hati ini teramat miskin
Hampa harap
Kehilanganmu
Mencipta lubang hitam kalbuku
Menyedot enerji
Segala potensi bahagia
Amblas
Bangkrut
Karena investasi hati
Di sudut keliru

Foto-foto publik figur
Hasil jepretan press  kelar
Yang belum sempat kumasukkan
Ke album pilihan
Masih kujadikan mainan di tangan
Prestasi fotografi eksklusif ini semu
Taruhannya menara cinta
Yang kubangun susah payah
Ambrol
Ambyar
Tanpa sisa

Sayang opo kowe krungu
Jerite atiku

Mengharap engkau kembali...
Aku nangis sampai metu eluh getih putih.
.
Suara Via Vallen renyah lantang
Di pelantang stasiun tiba
Menyindir habis nasib asmaraku
Seperti suara dari dunia lain

Seorang gadis tinggi semampai
Berkucir kuda rambutnya
Lepas dari perhatianku
Memintas jalan
Lalu
Bruk!

Kami bertubrukan
Keras sekali,
Heran aku,  gadis semanis itu
Tulangnya lebih keras
Dari pemain bola

Cetakan foto berhamburan
Menghampar di trotoar jalan keluar
Mataku terbeliak kesal
Mata lucunya terbelalak takut
Juga takjub
Melihat hasil jepretanku
Yang istimewa
Selebriti dan tokoh papan atas semua

Mata anak daerah
Kelihatan sopan
Dan meminta maaf
Atas tingkahnya main serobot arah
Tergeragap gadis berwajah klasik
Imut itu
Mengumpulkan satu demi satu foto luks-ku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun