Biasa diasong
Gerobak pembawa asesori
Keliling gang kampung sepi,
Tapi pemiliknya
Sudah tak kelihatan
Di permukaan bumi lagi
Rambut ikal indahnya
Sudah terbaring pasrah
Di bawah kaki duka ini
Mata tulusnya
Menyimpan asa sembunyi
Lantunan kidung ekspresif-nya
Menyublimasi kepelikan hidup
Jadi uap cerita kemarin
Residu obsesi hidup
Tiada habis
Bila hidup
Hanya setara nyala sebatang korek api,
Namun bila apinya jatuh
Menimpa rumput kering
Daun coklat
Rapuh
Tua
Maka nyala setitik api
Merembet cepat
Membesar memerah
Lalu seluruh hutan rahasia batin pun
Terbakar habis
Tak bersisa,
Hanya beberapa kejap mata
Segala piala kejayaan runtuh
Dimakan usia takdir
Maka hamparan keteduhan
Menjadi padang abu hitam
Legam karena dengus bara ingin
Gulita karena dendam nafsu
Jepit rambut hitam ini
Murah saja
Tapi nilai yang terkandung
Tersimpan dalam denyut
Sejarah cintanya,
Kau akan tahu
Harganya teramat mahal
Tak bisa ditebus
Dengan uang
Obligasi
Surat berharga
Yang kau simpan
Dibalik brankas lemari besimu
Gelegak asmara
Yang tersimpan dijepit rambut ini
bercerita banyak tentang kekuatan
Maha daya cinta
Membimbing pengabdian
Menuntun pelayanan hati
Kepada kiblat hati sejati
Kepada kutub clnta tunggal
Bila tubuh bisa menepi
Bila raga bisa mengalah,
Kalbu ruh
Kalbu sunyi
Masih saja
Menyebut namamu
Ketika sebuah nama telah pergi
Tanpa pamit
Tanpa basa basi
Bukan berarti kisah romansa sejoli
Telah berakhir
Dikubur waktu,
Tidak sama sekali
Justru babad asmarandhana
Baru dimulai
Dari sejepitan rambut
Yang kau tinggalkan
Di alam dunia ini
Sekarang jepit rambutmu
Bertengger di rambut panjangku
Byar ,
Seketika itu terbukalah mataku
Bahwa hidup acapkali teramat sederhana
Hanya tentang asmrandana
Bukankah kisah hati manis
kemudian menjadi  pahit dikenang ,
Sedang kisah hati lara
Kemudian jadi kenangan manis,
Karena meski luka
Akhirnya bisa dilalu juga