Teh wangi
Tiga pucuk daun pertama
Aromanya menguar
Memyapa hidung
Hidung kedinginan
Di malam buta
Kebun teh
Punggung Gunung Halimun
Ada cerita selimut kabut
Yang menutupi keberadaan
Gunung sebesar itu dari mata satelit
Mata mata
Entah ada kandungan uranium
Entah zat berharga lain
Yang belum terdeteksi
Di jaman canggih
Yang tanggung anggaran begini
Tapi teh tanpa gula
yang kau aduk tulus
Di dapur sana
Mengirim hangat sambutan
Keluargamu
Pada kami
Yang hendak meminang
Tali kasih persahabatan
Bukankah orang pesisir
Akhirnya terpikat pesona sri gunung,
Kalaupun kami tak bisa pulang.
Karena terpikat lezatnya
Tiga pucuk teh
Kelas satu
Buruan para kolonial
Negeri eropa dulu
Neng, sadarkah engkau
Pesona mendalam tehmu
Telah membuat kami terjajah
Begitu lama,
Tak bisa melupakanmu
Terayun ayun larut dan pusing
Disetiap adukan hati
hati hatimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H