Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di dalam Teh Wangimu, Rindu Menggelepar

29 April 2021   20:03 Diperbarui: 29 April 2021   20:04 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teh wangi
Tiga pucuk daun pertama
Aromanya menguar
Memyapa hidung
Hidung kedinginan
Di malam buta
Kebun teh
Punggung Gunung Halimun

Ada cerita selimut kabut
Yang menutupi keberadaan
Gunung sebesar itu dari mata satelit
Mata mata

Entah ada kandungan uranium
Entah zat berharga lain
Yang belum terdeteksi
Di jaman canggih
Yang tanggung anggaran begini

Tapi teh tanpa gula
yang kau aduk tulus
Di dapur sana
Mengirim hangat sambutan
Keluargamu
Pada kami
Yang hendak meminang
Tali kasih persahabatan

Bukankah orang pesisir
Akhirnya terpikat pesona sri gunung,
Kalaupun kami tak bisa pulang.
Karena terpikat lezatnya
Tiga pucuk teh
Kelas satu
Buruan para kolonial
Negeri eropa dulu

Neng, sadarkah engkau
Pesona mendalam tehmu
Telah membuat kami terjajah
Begitu lama,
Tak bisa melupakanmu
Terayun ayun larut dan pusing
Disetiap adukan hati
hati hatimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun