Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Kau Buka Pintu Terakhir Itu

30 Januari 2021   19:05 Diperbarui: 30 Januari 2021   19:14 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kopi dan kamu) Gambar: dyahpamela.blogspot.com

pintu terakhir !
Selalu berdebar hatiku,  setiap kali  memasuki rumah peristirahatan Pak Jenderal yang jarang ditempati. Rumah putih beegaya arsitektur belanda jaman dulu,  seperti menyimpan banyak misteri. Tugasku hanyalah membersihkan rutin  setiap sebulan sekali. Tugas yang agak seram,  tapi karena bayarannya bagus, buat nambah uang kuliah. Apa boleh buat kujalani dengan gagah setengah berani, sebenarnya.

Setiap kali membersihkan kamar demi kamar, aku selalu ingat pesan Pak Sumo agar jangan pernah coba coba memasuki pintu kamar terrlarang itu. Bisa kuwalat dan sial. Kucing,  anjing, tikus bahkan lalat yang kebetulan bisa masuk.  Tak lama akan keluar, sekarat, mati kering.

Krieet...
Tiba tiba pintu terakhir itu terbuka sendiri. Saat aku masih menyedot debu di ruang makan. Hatiku berdegup kencang, bulu romaku berdiri dan suasana sungguh menyeramkan. Namun seperti ada yang memanggil namaku sayup sayup. Tanpa kusadaei kakiku melangkah masuk,  ke dalam kamar misterius itu. Takut takut aku melewati pintu kayu jati hitam.

Pelan pelan mataku beradaptasi dengan kegelapan kamar.
Blar!
Pintu di belakangku menutup sendiri. Saat itu kusadari ada pintu lain di dalam kamar itu yang terbuka begitu saja. Gontai dan ragu,  aku memasuki pibtu baru itu.
Blar ada ruangan lain di kamar itu.
Blar!
Pintu kedua tertutup.lalu ada pintu ketiga terbuia sendiri. Aku melangkah lagi,  cemas tapi juga ingin tahu. Begitubterus sampai kuhitung di pintu ketiga belas.  Selalu ada kamar rahasia di balik pintu.
Blar!
Kriet...
Ada pintu kuno yang baru terbuka lagi. Tapi kali ini kakiku membesi, tak sanggup bergerak. Lalu kucoba pintu terakhir di belakangku tadi. Tapi terkunci rapat.beegeming oun tidak pintu itu.  Aku tahu telah Terperangkap, begitu dalam.  Melanggar pantangan yang digariskan Pak Sumo.. Jangan pernah masuk pintu larangan.

Aku mencoba teriak minta tolong,  tapi teriakanku seperti teredam, besarnya kamar rahasia berlapis lapis ini. Ketika kucoba kuhidupkan HP untuk meminta bantuan. Teelihat tak ada sinyal. Tapi ada satu pesan dari kontak tanpa nama di aplikasi media sosial baruku BIP : selamat kontakmu tak bisa disadap dan dilacak !
Aduh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun