Sudut kelokan tajam
Perjalanan kehidupan
Tak elok
Bila hanya mengeluh
Berserapah
Merutuki lelah
Karena ihtiar
Menjala matahari
Sudah dilakukan
Yang didapat hanya fatamorgana
Mimpi
Bila tidur
Tak bisa lelap
Karena berselimut gelisah
Malam yang berlalu
Adalah perjalanan panjang
Tak ada ujung
Karena ketika bangun
Yang diharapkan
Semua kembali
Baik
Lebih baik
Dari hari kemarin
Mari
Serahkan saja
Apa yang tak kita punya
Kepada pemilik semesta
Bukankah kira
Hanya wayang
Hanya bayang
Hanya pantulan
Kehendak keagungan
Semesta akbar
Apa yang tak
Dimiliki
Bukankah sudah disediakan
Apa yang tak ditangan
Bukankan akan diangsurkan
Disematkan di leher
Para musafir penyabar
Bila semua pasti
Dimana menariknya
Panggung
Hidup
Ini
Bila
Tak ada ketakutan
Bagaimana doa
Doa merayu
Sang maha
Pencipta
Cinta
Akan megalir
Seperti gemericik
Air terjun
Gunung suci
Bila
Semya berlebih
Siapa yang akan merasa kekurangan
Bila sedang tak berpunya
Kenapa mesti menangis
Bukankah hujan
Selalu hadir
Mewakili
Pekik batin
Tersayat derita
Bukankah
Bahagia
Amat sederhana
Asal tak menderita
Cukup satu hari kelu
Terlalui
Dan hari
Hari
Pasti berwarna pelangi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H