Aku cemburu
Setiap malam minggu
Yang kau harap datang
Mengetuk pintu kamarmu
Hanyalah puisiku
Bukan aku
Pria
Bertubuh rapuh
Dan goyah jiwanya ini
Sedangkan
Altar pujaku
Adalah kesempurnaan
Yang bermukim abadi
Di wajah ayumu
Sepenuh
Mantera yang kuingat
Doa yang kucatat
Aku memujamu
Sejak jaman awal jumpa
Dengan nyala pagi
Di matamu
Saat malam minggu itu
Aku terkesiap
Terpesona
Hinga berdekade
Kemudian
Setiap malam minggu
Aku selalu dandan habis
Berusaha berdandan sempurna
Untukmu
Tapi tak pernah cukup gagah
Untuk hadir
Mengisi meja terasmu
Aku kalah oleh puisiku
setiap kaki hendak melangkah
Menjemputmu
Habis nyaliku
Karena yang kau minta
Selalu hanya puisiku
Bukan aku
Bukan apapun
Ingin kubuang puisiku
Tapi makin jauh
Kuberjalan
Ia merintih
Seolah kelinci putihÂ
bermata merah lucu
Paling patah hati
Paling menderita
Seisi bumi
Malam minggu ini