Â
Bila mesti kukalungkan roncean
Kalung
Melati
Wangi
Kupersembahkan piala penghargaanÂ
Serta karangan bunga indah
Untuk guru
Guru
Berjasa
Yang mengajariku MembacaÂ
BerhitungÂ
Mengaji
Mengkaji
Hidup ini
Mungkin tak pernah
CukupÂ
Memadai
Bila musti
Kubuatkan puisi persembahan jiwa
Padamu guru
Mungkin lautan tinta
Tujuh samudera
Habis
Surut
Tak bersisa
Bila mesti
Kupasrahkan hasil
Bumi
Hutan dan rimba
Panen pisang
Buah liar,
Mungkin penghuni hutan
Akan kelaparan
Karena makanan hutannya habis
Kupanen untuk persembahan guru
Guruku
Sepanjang
Hidup
Dari bilik TK sampai kampus
Karena ayunan rahim ibu
Sampai liang lahat nanti
Bukan puluhan guru
Yang kujumpa
Tapi teramat banyaknya
Nyaris tak terhitungÂ
Lebih banyak dari pori
Pori
Tubuh terbukaÂ
Guru guruku membuka
Segala sel tertutup memori otak
Mencairkan batin yang membatu
Menderaskan aliran sungai nurani
Yang tersumbat prasangka
Praduga
Legenda mitos menakutkan
Yang melumpuhkan nyali
Maju
Dan bergerak
Sekarang aku menjadi manusia
Dengan cita cita sederhana
Hidup bahagia
Tak tersohor
Tapi lapang hati
Berkatmu guru
Guru hidupku
Sembah sungkem penuh hormat
Terima kasih-ku sematkan di hati tulus pengabdianmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H