Nanas madu bali
Yang kita tanam
Depan lembah saung
Cahaya bulan
Sudah berbuah
Merata
Kehijauan
Satu
DuaÂ
Menguning
Manis bila
Dibelah
Pisau stainles
Kesabaranmu
Menungguku
Datang
Saat
Bulan sabit
Bulan mati
Menenangkan hati
Walau sudah belasan
Purnama
Kita tak jumpa langsungÂ
Saling menatap
Dan beradu lembutÂ
Jemari tangan
Nan saling merindu
Nanas madu
Nanas hijau
Yang kau tanam
BerduriÂ
Bersemak
Menyimpan harap
Asa tulus
Hanya Nanas
Yang tahan hama
Babi hutan
LaparÂ
disini
Di punggungan
Gunung Salak
Hanya panas
Air matamu
Mengalir
Kulihat
Saat videocall
Saat sinyal di laut stabil
Tak blank spot
Saat kapal terus
BerlayarÂ
Mencari ikan buruan
Demi memperluas
Kebun nanas
Kita
Kapan
Aku bersauh?Â
Tanyamu, Â saat derai air hujan
Mengalir kencang
Di pipi pemantianmu
Aku tak bisa menjawab
Sedang petualangan bahariÂ
Baru saja
Kumulai
Bentangkan layar
Layar ambisi
Ijin melaut
Ke pelosok
Penjuru
NegeriÂ
Salam rindu
Buat
Ratu nanas baik hati
Pemecah kabut hati
Gunung salak
Seorang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H