Pernah anda bayangkan, anak anak yang tak pernah pulang ke rumah. Tak punya atap, tak memiliki dinding, mereka tidur beratap langit, beralas bumi. Ya, bisa anda bayangkan, dingin bila malam tiba, kepanasan bila matahari di atas kepala. Merekalah anak jalanan (anjal),pejuang aspal, bunga liar yang bisa tumbuh bebas dan merdeka.
Mereka anjal cenderung melawan arus, menolak pulang ke rumah, terbuang atau membuang diri dari.keluarganya. orang tuanya pun, bila ada tak akan mengakui keberadaannya. Menyedihkan memang, tapi demikianlah suratan nasib. Idealnya anjal dipelihara oleh negara, sesuai amanat institusi. Sayangnya, pendekatannya kurang komprehensif.Â
Acapkali adik adik tersayang ini, hanya dirazia, dimasukkan ke panti penampungan. Lalu didata, dan datanya dipakai oknum untuk rasionalisasi turunnya anggaran pembinaan yang besar. Namun ketika dananya turun, anjal tak banyak kebagian program. Mereka dilepas begitu saja, seperti burung burung liar dari kandang sekapan.
Ada memang pendekatan yang bagus di beberapa daerah tapi belum holistik. Faktanya anjal selalu hadir dan makin banyak hadir, di kota kota besar, lebih lebih di masa krisis jelang resesi ekonomi di tengah pandemi ini.
Kehadiran pengamen seperti lagu wajib, di kafe, tempat makan, lampu merah dan angkutan umum. Muka muka mereka yang minim ekspresi, jauh dari bahagia, mengalunkan lagu lagu parau dan sumbang. Kalaupun ada yang bersuara indah, mereka sejatinya menyanyikan kepedihan dengan nuansa getir.
Siapa yang seharusnya menjadi pengasuh mereka, siapa.yang akan menyingkirkan adik-adik tercinta ini dari kerasnya aspal jalan, siapa?
Satuan polisi Pamong Praja, rutin memang menyapu mereka, tetapi di saat petugas resmi ini lepas jaga. Lampu merah, jalanan kembali diramaikan teriakan pengamen, yang menyanyi, mencari simpati. Apakah mereka tidak boleh.mencari rejeki halal?
Boleh saja. Mereka juga pemilik sah negeri ini, anjal punya daulatnya sendiri. Anjal punya kemerdekaan mengumpulkan sen demi sen, ketip demi ketip, koin dan recehan. Buat pengganjal perut dan penegak benang basah, tiang harapan mereka.
Masalahnya, bila kita punya kesempatan berkembang dan melejit mencapai puncak.. Bisa mendapat kesempatan tumbuh kembang. Anjal tak bisa, mereka seperti dikutuk, terikat, terkungkung kemiskinan dan keterbelakangan. Hari ini kita bertemu, mereka masih mengangkat gitar, memukul jimbe  dan meniup harmonika.Â
Maka pada kunjungan berikutnya, di titik jalanan itu, posisi mereka tak berubah.tetap anjal yang sama. Menyanyi lagu yang sama. Mungkin beberapa masih bebas, hidup, bernyanyi, sementara yang lain, mati.karena celaka, mati karena over dosis narkoba. Apes di penjara. Sungguh demikian situasi senyatanya.
Demikianlah, serius sebenarnya kompleksitas masalah yang mengepung anjal. Perlu cara cara baru, pendekatan yang berbeda dan holistik Bukan sekedar mengejar perubahan Perbaikan angka statistik saja, tapi sungguh sungguh da perubahan. Berikut adalah ciri-ciri kota yang berhasil mengelola anjal dengan baik: