Jenderal Soedirman memiliki nama asli yakni Raden Soedirman yang lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.Orang tua Jenderal Soedirman adalah Bapak Karsid Kartawiraji, seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas dan Ibu Siyem yang merupakan keturunan Wedana Rembang. Ia memiliki satu saudara yakni Muhammad Samingan. Istrinya adalah Alifah dan bersamanya ia dikaruniai 7 orang anak.Jenderal Soedirman tidak hidup oleh orang tuanya, ia dibesarkan oleh pamannya bernama Raden Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat di Rembang Purbalingga agar ia bisa hidup lebih layak dan mapan. Saat itu Raden Cokrosunaryo belum memiliki anak sehingga mengadopsi Jenderal Soedirman menjadi anaknya. Bersama pamannya tersebut, sejak kecil Sang Jenderal memang memperoleh pendidikan yang layak.
Di usianya yang masih 7 tahun, ia sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang kemudian dilanjutkan ke Taman Siswa saat usianya 8 tahun. Kemudian ia dipindahkan lagi ke Sekolah Wirotomo karena Taman Siswa dianggap Belanda adalah lembaga ilegal di tahun berikutnya.
Perang Gerilya Jenderal Soedirman
Jenderal Besar Raden Soedirman menjadi pencetus strategi perang gerilya. Jenderal Soedirman berperang bersama dokter pribadinya karena sedang menderita penyakit TBC. Strategi yang menjadi perlawanan Agresi Militer Belanda II ini terjadi pada 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Dalam waktu 6 jam akhirnya Yogyakarta berhasil diamankan oleh pasukan Indonesia. Sayangnya setelah peperangan tersebut kunci kemenangan Jenderal Soedirman harus berjuang melawan penyakitnya sampai akhirnya meninggal pada 29 Januari 1950.
Jendral soediman juga salah satu pemimpin perang yang di akui oleh PBB memiliki strategi gerilya yang jitu dalam menaklukan lawan Jasa-jasa selama perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan yang terkenal diantaranya: Berhasil melucuti senjata Jepang dalam jumlah sangat besar di Banyumas tanpa pertumpahan darah. Berhasil mengkoordinasi penyerangan terhadap Sekutu sehingga musuh meninggalkan Ambarawa.
pemerintah Indonesia mengadakan konferensi panjang selama beberapa bulan yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Meskipun sedang sakit, Sudirman saat itu juga diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia Serikat.
Selang sebulan, tepatnya pada 18.30 tanggal 29 Januari 1950 Jenderal Sudirman wafat di Magelang, Jawa Tengah. Kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.
Jenazah Sudirman disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman pada sore hari. Jenazah Sudirman kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki dengan berjalan kaki, sementara kerumunan pelayat sepanjang 2 kilometer mengiringi di belakang..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H