Awal-awal cetak mencetak, masih menggunakan peralatan sederhana, pisau cutter, printer canon, komputer, lem pvc, dan mesin laminating untuk sampul bukunya. Sejak 2012 hingga sekarang pekerjaan itu menjadi bagian utama kehidupan keluarga saya. Â
Memang sungguh asyik di dunia ini, saya selalu kebagian membaca terlebih dahulu tulisan teman-teman yang ingin menerbitkan dan mencetak buku. Hingga kemudian saya belajar banyak menjadi penyunting. Bahkan sampai sekarang pun masih terus belajar.
Tentu perjalanan tak selalu mudah. Sampai pada  bulan Maret 2019, terpaksa saya merumahkan 4 orang pegawai kerja. Sebab, posisi usaha kami yang berada di dalam gang, dengan klien dari sekolah dan perguruan tinggi saja, terpaksa harus hampir tumbang diterpa Covid19. Segala tabungan yang tersimpan tak mampu bertahan di tahun ke 2 Covid. Tahun 2020, kami benar-benar terkapar dengan kondisi keuangan. Sejumlah mesin cetak tak beraktivitas, terpaksa harus dijual dengan harga murah. Hingga sampai 2021, penghasilan kami berasal dari menjual mesin-mesin yang ada di rumah.
Berimbas dari Covid, saya berusaha memulai usaha lain. Jual goreng pisang. PISANG APA namanya. Namun apalah daya. Tak mampu bertahan pula.
Allah punya jalan lain memang. Saya ditakdirkan untuk tetap bertahan di dunia ini. Meski kemudian harus kembali memulai dengan peralatan sebagaimana tahun 2012 lalu. Tak apa, saya dan keluarga telah menapakinya lagi. Masya Allah.
Hal positif yang telah saya lakukan dalam dunia penerbitan dan percetakan banyak membantu saya secara pribadi, keluarga, dan lembaga lainnya. Sebuah kampus di kampung saya, bisa membuat penerbit sendiri dengan belajar dari saya. Konsekuensinya, buku mereka yang terbit, nyetaknya ke saya.
Saat ada pelatihan kepenulisan di kampung ini, saya diminta untuk menjadi mentornya. Meski dengan ilmu yang ala kadarnya, tapi justru membuat saya semakin rajin belajar dan tetap memperdalam ilmu-ilmu di dunia ini. Dunia literasi namanya.
Bahkan sampai pada titik saya meraih penghargaan dari Balai Bahasa sebagai penerima Anugerah Pegiat Literasi 2018, ya karena TBM yang saya kelola ada Kompimas, ada penerbitnya dan percetakannya pula. Pun begitu ketika saya mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Awards (SIA) 2021 bidang Pendidikan tingkat provinsi, semua bermula dari kegiatan-kegiatan yang saya lakukan melalui TBM, Pelatihan kepenulisan, dan kegiatan yang terkait dengan Literasi. Â Â