Setelah puas meninggalkan serpihan kaca pada jendela
Bola hitam putih kembali ditendang anak tetangga
Menembus angin dan rumput teki yang tak lagi hijau merona
Menuju kerumunan anak-anak lainnya
Mereka hitam, dekil dan bau semua
Sebab matahari begitu perkasa membakar sendi-sendinya
Bola semakin tak kuasa
Sesekali ia mencium parit yang entah apa baunya
Menghantam dinding-dinding tak beraroma
Anehnya, ketika jaring di depan mata
Anak-anak berteriak dengan bangga
Agh...ingin rasanya bola mengurai air mata
Menebus ribuan luka dengan piala
Rumah Azka-Kisaran
Saufi Ginting
Puisinya terhubung di Jendela Air Mata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H