Dulu sekali pesan mamak yang paling kuingat, bila kau ingin mencari jodoh, perhatikan perangainya, datangi rumahnya, becakap-cakap dengan ayah bundanya, lihat buku-buku yang dibacanya. Setelah itu, Emak juga berpesan agar kami selalu mempersiapkan diri.
"Kau giling cabe itu, nanti kalau kau tak pande menggiling cabe, cemana pulak kau masak untuk suamimu?" kakak tergopoh menyegerakan diri untuk mengambil segala peralatan menggiling cabe.
"Kau juga, jadi laki-laki harus pandai memasak, jangan pala nanti istri kau saja yang masak setelah kau kawin" kata mamak melihat aku tersenyum melihat kakak yang tergopoh-gopoh.
Mak, sungguh pesan mamak selalu kujaga dan turuti. Dulu, aku juga belajar menggiling cabe darimu Mak. Demi nasi goreng yang akan kau buat. Sekarang sangat langka pula orang pandai menggiling cabe mak. Anak dari besanmu pun mak tak akan ditemukan kepanasan tangannya setiap selesai menyiapkan masakan untuk aku dan dan anak-anaknya. Sekarang sudah ada alat penggiling cabe otomatis mak. Namanya blender. Semua orang sangat gampang menggunakannya. Termasuk aku juga bisa mak. Itulah perkembangan teknologi mak. Anakmu ini pun hampir terdampar jika tanpa teknologi mak.
Saat dulu mengenang petuah-petuah dan kewajiban kami sebagai anakmu, itu pasti untuk kebaikan kami. Izinkan pula aku menambahkan pesan-pesan lainnya kelak pada cucu-cucumu, dalam mencari jodoh misalnya.
"Sesekali lihatlah unggahan statusnya di facebook, instagram, atau media sosial lainnya. Lihatlah jejak digitalnya. Ketikkan namanya di kolom pencarian gugel. Kebaikan apa yang pernah dibagikannya? Pemikiran apa yang menjadi pijakannya dalam kebaikan-kebaikan? Sudah berapa banyak pesan kebaikan yang dituliskan orang tuanya dalam Kompasiana ini? Egh.
Begitulah kira-kira pesan yang kusampaikan pada anak-anakku kelak. Minus kalimat terakhir pada paragraf di atas, mungkin. Atau boleh jadi juga. Hihi..
Tapi mak, aku rindu juga nasi goreng dengan bumbu cabe giling buatan mamak. Nasi goreng terenak yang selalu kumakan untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Nasi goreng khas buatan mamak yang rasanya tak tertandingi. Hingga hari ini. Sayangnya, mamak pun sudah tak punya alat penggiling itu lagi. Sudah pecah kata mamak waktu pindah rumah belasan tahun lalu. Sejak itu mamak pun telah berubah menggunakan blender. Tergerus teknologi.
Tapi, tetap saja setiap memakan masakan mamak, entah apa pun itu, pemikiranku selalu menerawang ke masa lalu. Masa anak-anakmu yang kecil-kecil berebut makanan yang kau buat. Bahkan kami berinisiatif pakai ditakar-takar segala, supaya tampak adil. Tetap nikmatnya masakanmu tak bisa hilang sampai kapan pun, Mak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H