Mohon tunggu...
Saufi Ginting
Saufi Ginting Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Azka Gemilang di Kisaran, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah ini Tak Boleh Kulupakan

14 Desember 2021   11:18 Diperbarui: 14 Desember 2021   11:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan hingga dapat terlaksananya Musyawarah Besar (Mubes) Dewan Kesenian Asahan seperti kisah Bandung Bondowoso yang membangun candi Prambanan dalam satu malam. Begitulah yang disampaikan Pak Thaib Subhanto atau biasa dipanggil Pak Sanif dalam sebuah kelakar menjelang akhir acara Mubes I Dewan Kesenian Asahan.

Memang pernyataan ini terlalu berlebihan, karena tak demikian adanya. Candi itu sudah lama dibangun, meski satu malam. Sekarang kisahnya berupa kesolidan para pegiat seni untuk membangun seni yang progresif tapi tak melupakan sejarah. Maka harus disiapkan kembali berdirinya Dewan Kesenian Asahan yang pernah hadir di Kabupaten Asahan pada masanya. Tanpa melupakan sejarah.

Persis Sabtu Sore ba'da Ashar, 13 November 2021, dengan dihadiri 9 orang dari sekian banyak yang diundang oleh penggagas pertemuan; Bang Willer, dimulailah pertemuan sederhana. Bertemankan kopi dan dan teh susu di cafe Bosque, kisah-kisah berjalan membahagiakan. 

Dimulai dari memperkenalkan diri, ada Pak Umar Said, guru bagi setiap orang yang hadir di sana, termasuk guru saya juga-yang mengajak saya pada pertemuan itu. Pak Susia Wansyah, Bu Fithrowati, Bu Nurhabibi, Pak Edi Susanto, Pak Kirwan, dan Pak Sopian Ardi, hingga menyepakati berdirinya kembali Dewan Kesenian Asahan. Meski ada tanya-tanya besar yang harus dituntaskan mengenai sejarah lama Dewan Kesenian, pertemuan berjalan apik.  

Ada kesimpulan mengakhiri pertemuan pertama; kita lanjut, bila diterima Alhamdulillah, bila ditolak, silaturrahim tak boleh henti. Begitulah adanya. Ya silaturrahim tak boleh henti. Sebab secara pribadi, saya hanya mengenal pak Umar Said saja. Beliaulah yang mengajak saya untuk ikut pertemuan itu. Menjaganya, sama juga menguatkan jejaring semakin luas.

Pertemuan kedua, pada tanggal 18 Nopember 2021 pun berjalan dengan ide dan gagasan baru dari yang sudah ada pada pertemuan sebelumnya. Apalagi ada peserta baru, pak Setiamin dan Pak Thaib. 

Semakin menambah seru. Lebih meriah lagi pada pertemuan ke 3, jumlah peserta meningkat menjadi 17 orang. Pertemuan yang dilaksanakan hari Jum'at malam Sabtu pada tanggal 26 November 2021, dan masih di tempat yang sama, berlangsung semakin membahagiakan. 

Ada peserta baru seperti Pak Muliadi, Pak Basuki Riadi, Bu Ayu Andira, Bu Evi Suzana, Pak Ahmad Razali yang biasa dipanggil Jalek, Pak Gunawan Syah, Pak Nur Alamsyah, Pak Heri Setiadi, dan Pak Manimbul Sirait. Ide-ide baru tercatat dengan baik oleh notulis, lengkap dengan daftar hadirnya.

Hingga puncaknya pada pertemuan ke-empat, pasca berjumpa dengan Pak Kadis Pendidikan dan Kabid Budaya pada Dinas Pendidikan di tanggal 6 Desember 2021--sebagaimana amanah pertemuan ke 3, maka disepakati diadakan Musyawarah Besar I Dewan Kesenian Asahan. Kapan diadakan pertemuan ke empat itu? Rabu, 8 Desember 2021. Kapan pula disepakati pelaksanaan Musyawarah Besar ? Minggu 12 Desember 2021. Benar-benar penuh kesaktian. Tapi, ini benar-benar membuktikan, pergerakan dilakukan untuk geliat seni di Asahan menjadi progresif. Cepat dan tentu saja tepat. Itu saja.

Hanya ada waktu sedikit untuk mengerjakan semuanya. Bang Willer segera berkabar tempat di Sunway sudah oke. Saya minta bantuan Pak Muliadi menyiapkan draf Tatib dan konsideran. Bagian saya, melengkapi administrasinya. Mendata peserta yang bersedia ikut menjadi peserta di dalam grup WA. 

Kemudian memindahkan menjadi  daftar hadir peserta, daftar hadir pleno, lalu merapikan draft tatib yang disiapkan bang Muliadi, agar menjadi buku dan saya print sendiri dan hekter sendiri semuanya, bahkan mendesain spanduk untuk backdrop kegiatan. Spanduk pun kemudian dicetakkan bang Willer- hebatnya turut dipasang sama Bang Willer di lokasi acara. 

Tentu, di dalam spanduk itu ada hasil logo karya tangan Pak Sanif berdasarkan saran Pak Setiamin dan kawan-kawan saat rapat ketiga--meski di tengah Mubes I, saya baru tahu salah interpretasi saya mentransformasinya menjadi logo digital.  Haha. Tapi saya pura-pura saja tak tahu. Saya biarkan pak Sanif menjelaskannya pada para peserta. Haha...

Mubes yang dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2021 di Sunway Cafe Siumbut-umbut berjalan dengan khidmat. Bahkan di awal acara, dibarengi cakap-cakap berkualitas dengan Bang Azuzan dari Belanda, bang Tatan Daniel dan Bang Eddie Karsito dari Jakarta melalui zoom meeting, yang sengaja diundang oleh Bu Nurhabibie, eh, kayaknya ketiga tokoh ini yang meminta ikut Mubes, dengan zoom meeting. MasyaAllah. 

Ketiga tokoh tersebut adalah anak Kisaran yang berkiprah dan meninggalkan jejak baik untuk Asahan di tempat mereka tinggal saat ini. Rekam jejak mereka, dapat dilihat melalui berita media, dan aktivitas harian yang dapat kita baca di media sosial efbi yang mereka gunakan.

Bercakap-cakap seperti ini tak hanya membuat rindu, tapi ingin segera pulang ke kampung halaman di Kisaran, kata Bang Eddie Karsito. Ada banyak pesan kebaikan pula yang disampaikan bang Azuzan dan bang Tatan melalui zoom. 

Meski dengan peralatan pendukung kegiatan zoom meeting darurat -seadanya, sebab hanya menggunakan satu laptop saja tanpa infokus, dan pengeras suara mumpuni, serta menggunakan jaringan hotspot seluler dari HP-saya, mereka benar-benar menjadi teman setia, sahabat yang memberikan contoh bernas bagaimana caranya memberikan dukungan pada orang-orang di kampung halamannya. 

Dari awal hingga akhir acara, mereka ada. Bahkan hingga hari ini, grup WA pun tak henti memberikan nostalgia dari mereka. Menjadi catatan kebaikan dan kerinduan yang menganeka rasa.

Dibuka oleh bang Wenz Irawan sebagai pembawa acara, menjadi berkah dengan doa olah Pak Sanif, terasa syahdunya. Di tangan Pak Muliadi, sebagai ketua Sidang Pleno, sidang berjalan apik. Ditemani Bu Fithrowati, dan Pak Sanif (lagi) terpilih memimpin sidang pleno, semakin lebih sejuk. Bahkan, dengan anggun Pak Sanif membuka pemilihan ketua Dewan Kesenian Asahan secara aklamasi tanpa beban, nikmat terasa. Bang Willer disepakati bersama. Hingga terpilih 5 orang lagi sebagai formatur termasuk ketua terpilih. Ada Pak Umar Said, Pak Susia Wansyah, Pak Muliadi, dan saya.

Ah, pasti, tak boleh sejarah ini dilupakan. Harus kucatatkan.

Kisaran, 14-12-2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun