Mohon tunggu...
Saufi Ginting
Saufi Ginting Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Azka Gemilang di Kisaran, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Turun Temurun

1 Desember 2021   16:59 Diperbarui: 1 Desember 2021   17:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengarkan lagu bang aji Rhoma melalui pengeras suara yang berasal dari rumah Nek S, tetangga depan rumahku ini, rasanya sesuatu sekali.

.. .

Meski Nek S berusia kisaran 68an ke atas, kesenangan untuk mendengarkan lagu saban pagi dengan suara yang cukup keras selalu menjadi kebahagiaannya. Kayak gitulah kurasa.

Kata bu Yani, tetanggaku yang rumahnya di sebelah nek S, beliau ini kayak anak muda. Lagu-lagunya memang tak hanya Rhoma dan kawan-kawan pada masa jadul saja, tapi yang dangdut masa kini pun tak segan-segan terputarkan.

Saking pentingnya musik bagi Nek S, pernah satu malam, Nek S datang ke rumahku. Saat itu aku masih ada tamu.

" , '' " kata Nek S. Aku dan tamu saling berpandang.

"? ?" aku bertanya agar tak salah mengartikan

"tu - ""

Oh, ternyata memori untuk menyimpan lagu. Lihatlah, betapa penting sekali keberadaan sepotong memori yang berisi lagu untuk Nek S.

--

Sebagai pendatang di kampung ini, aku pun perlahan secara tak sengaja mendapatkan informasi dari tetangga lain. Nek S merupakan penduduk awal-awal di kampung ini. Bahkan sejumlah rumah yang ditempati pendatang yang bersinggungan dengan rumah Nek S adalah tanah mereka dulunya. Mungkin dugaanku, itulah salah satu penyebab mengapa musik sangat mendarah daging pada kehidupan Nek S.

Sejak muda sudah terbiasa memiliki fasilitas seperti radio, saat orang lain tak mampu membelinya. Pada masanya keluarga mereka sudah sangat berkecukupan. Sehingga masa tua, sangat sulit untuk melepaskan kebiasaan masa muda. Mendengarkan lagu saban pagi, dengan suara musik yang sangat keras pula.

Meski saat ini kondisi rumah mereka yang sederhana, hidup sederhana, yang penting musik dan lagu-lagu tak boleh dilupakan. Sebab, aku pun yang sudah beranjak tua ini, terkadang masih terkontaminasi untuk memutar lagu-lagu yang pernah bersemayam di otakku pada masa muda dulu, menemani aku bekerja: mengedit buku, membuat cerita.

Apakah ada korelasi kebiasaan yang sangat melekat masa muda maka masa tua akan sedemikian pula adanya? Setidaknya ada pembelajaran yang dapat diambil. Membiasakan yang baik untuk anak-anakku. Memberikan contoh dengan banyak membaca kemudian menulis, adalah salah satu contoh yang dapat kulakukan.

Meski apa yang kubaca tak dapat tercerna dengan kebaikan, kadang mentok tak karuan, biarkan saja, tak mengapa, kuulang-ulang terus, agar menjadi contoh baik. Agar mereka pun terkontaminasi hingga tua. Mumpung kesempatan itu muncul saat ini, saat aku menjelang tua. Masih sempat memberikan contoh baik. Meski aku sering lalai dan abai. Banyak buku yang bisa kuwariskan.

Sebab, saat masih kanak-kanak dulu, sulit mendapatkan buku yang terfasilitasi, atau memang sangat sulit keuangan untuk membeli buku, atau memang sejak turun temurun tak pernah terbiasa membaca buku. Maka aku harus mengubah turun temurun itu, minimal selalu mengoleksi buku, membaca, dan menuliskannya.

--

Belakangan aku baru sadar, atokku Hasan Maksum Batubara, dulu pemilik kitab-kitab agama. Banyak sekali. Beliau sangat senang membaca. Mungkin ilmu dan kebiasaan membaca itu pun diwariskan oleh almarhum kepadaku. Masya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun