Hubungan erat diplomatik antara negara Indonesia dan Jepang telah terjalin sejak lama, dimulai dari sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945. Namun awal mula ada kerjasama ini pada bulan April 1958 terhitung sudah selama 65 tahun sampai saat ini yang terus menciptakan sinergi yang kuat dalam berbagai sektor, terutama ekonomi. Kedua negara ini saling mengakui potensi masing-masing, dengan Jepang melihat Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Asia Tenggara. Seperti yang kita ketahui, bahwa negara Jepang merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia, berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain investasi, Jepang juga aktif dalam memberikan bantuan teknis dan pinjaman yang mendukung berbagai proyek pembangunan. Di sisi lain, Indonesia menawarkan pasar yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan-perusahaan Jepang. Dalam konteks ini, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana hubungan erat diplomatik antara Indonesia dan Jepang tidak hanya memperkuat kerjasama bilateral, tetapi juga mendorong sektor perekonomian Indonesia. Dengan memfokuskan pada berbagai sektor seperti industri, perdagangan, dan investasi, diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dampak positif dari hubungan ini terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Melalui kunjungan tingkat tinggi dan perjanjian bilateral, kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat investasi dan perdagangan, serta mempromosikan pertukaran budaya.
Bukti hubungan kerjasama bilateral ditunjukan dengan adanya IJEPA
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement merupakan komitmen kerja sama bilateral antara Indonesia dan Jepang yang bertujuan untuk membebaskan perdagangan melalui penghapusan tarif serta penyesuaian regulasi investasi untuk menarik investor Jepang ke Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 20 Agustus 2007 dan telah aktif sejak tahun 2008.
Semenjak tahun 2008, 15 tahun setelah perjanjian ini dilaksanakan, IJEPA telah menghasilkan berbagai dampak positif terhadap ekonomi Indonesia dan Jepang. Menurut data dari Free Trade Agreement Center di Indonesia, terlihat perkembangan ekspor dan impor Indonesia dengan Jepang pada triwulan III tahun 2023. Khususnya, Indonesia telah meningkatkan ekspor nikel dan impor komponen kendaraan. Jepang berurut sebagai negara tujuan ke-4 untuk ekspor nonmigas Indonesia, dan negara ke-2  pemasok barang nonmigas Indonesia. Selain itu, terdapat pula  komitmen di sektor perdagangan jasa yaitu antara lain pembukaan jasa travel, komunikasi, transportasi, konstruksi, keuangan, dan informasi oleh Jepang. Terkait minat investasi Jepang di Indonesia, IJEPA telah meningkatkan investasi pada sektor listrik, barang logam, transportasi, mesin, elektronik, dan lainnya hingga menjadi 28.9% (2009-2017). Untuk pengiriman tenaga kerja, Indonesia telah mengirimkan 622 tenaga perawat dan 1.494 tenaga perawat lansia selama tahun 2008-2017. Terakhir, kedua negara telah aktif berperan pada ranah internasional seperti WTO, APEC, dan FEALAC, hingga Jepang menjadi salah satu negara mitra dialog bagi ASEAN maupun ASEAN Plus Three.
Pada 16 Desember 2023, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Jepang akan memberikan akses yang lebih besar untuk produk Indonesia serta penghapusan tarif untuk produk olahan perikanan serta meningkatkan hubungan perbankan. Sejalan dengan hal tersebut, kedua belah pihak antara Menteri Luar Negeri Indonesia dan Jepang memiliki keinginan agar Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) yang telah direvisi dapat diimplementasikan pada kuartal pertama tahun 2024, meskipun masih harus ditandatangani dan diratifikasi secara resmi oleh parlemen masing-masing setelah melalui proses hukum [Nikkei, 2023].
Hubungan Perekonomian dan Perdagangan Antara Indonesia dan Jepang.Â
Dalam hubungan kerjasama perekonomian dan perdagangan terdapat 5 sektor utama kerja sama Indonesia – Jepang, yaitu impor ekspor, tenaga kerja, infrastruktur, daya saing, masalah bea, dll. Dan untuk meningkatkan hubungan dagang internasional Indonesia – Jepang, tepatnya pada tahun 2007 ditandatangi persetujuan EPA/Economic Partnership Agreement antara kedua belah negara. Tujuan dibuat persetujuan ini untuk kemajuan ekonomi yang lebih baik lagi bagi kedua negara.
1. Ekspor Impor
Dilansir dari id.emb.japan.go.jp, nilai ekspor Indonesia ke Jepang sebesar US$23,6 miliar. Angka ini didapat berdasarkan statistik pemerintah Indonesia. Sedangkan untuk nilai impor Indonesia dari Jepang mencapai US$6,5 miliar. Produk yang di impor dan di ekspor oleh Indonesia dan Jepang merupakan produk yang sangat penting bagi kedua negara. Dengan begitu hubungan dagang Indonesia dan Jepang bersifat mutualisme, sama-sama saling menguntungkan. Ini dapat menunjukkan bahwa Jepang mengalami surplus besar dalam hal impor dari Indonesia. Komoditas utama yang diekspor Indonesia ke Jepang mencakup :
- Minyak Kelapa Sawit : Digunakan dalam produksi makanan dan kosmetik.
- Kopi : Terutama jenis Arabika dan Robusta, yang memiliki aroma khas.
- Buah-Buahan Tropis : Seperti mangga, nanas, dan pisang, dikenal karena kesegaran dan kualitasnya.Â
- Karet Alam : Terutama lateks, digunakan dalam industri otomotif.
- Rempah-Rempah : Termasuk lada, jahe, dan cengkeh, yang banyak diminati untuk kuliner Jepang.
- Udang : Terutama udang windu, yang sangat diminati di pasar Jepang untuk berbagai olahan seafood.
- Pulp : Digunakan dalam pembuatan kertas, pulp Indonesia bersaing dengan produk dari negara lain dan memenuhi standar Jepang yang lebih ketat.
- Tekstil : Termasuk kain dan pakaian jadi, seperti kaos dan batik, yang memiliki permintaan tinggi di Jepang.
Sebaliknya, produk yang diimpor Indonesia dari Jepang meliputi:
- Mesin dan Peralatan Listrik: Untuk keperluan industri dan konsumen.
- Suku Cadang Elektronik: Termasuk komponen untuk ponsel dan komputer.
- Alat Transportasi: Seperti kendaraan bermotor dan suku cadang mobil.
- Produk Teknologi Tinggi: Yang diperlukan untuk modernisasi infrastruktur dan industri di Indonesia.
2. Tenaga KerjaÂ
Jepang tetap mempertahankan posisi penting sebagai investor utama di Indonesia. Lebih dari 1000 perusahaan Jepang beroperasi di Indonesia, mempekerjakan lebih dari 32 ribu pekerja lokal. Ini menjadikan Jepang sebagai salah satu penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia.
Selain investasi langsung, Jepang juga memberikan bantuan pembangunan melalui skema Official Development Assistance (ODA). Pada tahun 2005, Indonesia menerima bantuan pembangunan netto sebesar US$1,22 miliar dari Jepang. Bantuan ini mencakup berbagai bidang :
3. Infrastruktur:
Proyek-proyek besar seperti pembangunan jalan tol, jembatan, dan transportasi publik.
4. Peningkatan Daya Saing:Â
Dukungan dalam modernisasi sektor industri dan peningkatan efisiensi.
5. Masalah Bea Masuk:
 Jepang juga membantu dalam mengatasi masalah tarif untuk memperlancar arus perdagangan.
Kerjasama di bidang tenaga kerja, pendidikan, dan budaya juga terus diperkuat, mempererat hubungan ekonomi dan sosial antara kedua negara.
Tantangan dan Risiko
Meskipun ada kemajuan yang signifikan, hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jepang tidak terlepas dari tantangan. Beberapa tantangan dan risiko terkini termasuk:
- Tantangan utama meliputi kebutuhan untuk menyelaraskan kepentingan kedua negara, terutama dalam pengembangan teknologi dan inovasi. Selain itu, ketergantungan Indonesia pada Jepang dalam sektor industri dapat menciptakan posisi negosiasi yang tidak seimbang. Kenaikan inflasi global yang dapat mempengaruhi daya beli dan stabilitas ekonomi, pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara yang dapat mempengaruhi aliran investasi, dan persaingan regional dari negara-negara Asia lainnya yang juga berusaha menarik investasi dan perdagangan dari Jepang.
- Risiko termasuk ketidakpastian dalam perdagangan, seperti ketimpangan neraca perdagangan dan kesulitan dalam standarisasi produk.
Akan tetapi, Indonesia dan Jepang tetap optimis untuk memperkuat kerjasama ekonomi mereka. Seperti yang terdapat pada data tahun 2021, total nilai perdagangan antara Indonesia dan Jepang mencapai USD32,5 miliar, meningkat sekitar 36% dari tahun 2020.
Melihat ke depannya, Indonesia dan Jepang berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai sektor, termasuk energi dan teknologi tinggi. Salah satu inisiatif yang menarik adalah ajakan untuk negara-negara Asia lainnya bergabung dalam Asia Zero Emission Community (AZEC), yang bertujuan mencapai kemakmuran yang berkelanjutan dan netralitas karbon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H