Latar Belakang
     Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi telah membawa pengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk dalam aspek religiusitas. Masyarakat Muslim, yang dahulu mengandalkan sumber-sumber tradisional seperti ulama dan pesantren, kini semakin terbuka terhadap beragam sumber informasi lain yang dapat diakses dengan mudah. Kondisi ini memunculkan fenomena baru dalam religiusitas, di mana identitas keislaman dipengaruhi oleh perspektif yang lebih luas, baik dari dalam Islam maupun dari kontak dengan budaya luar. Dalam konteks ini, sosiologi memberikan pendekatan yang penting untuk memahami perubahan pola religiusitas masyarakat Muslim modern.
   Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial dan pengaruh struktur masyarakat, mampu memberikan wawasan terkait perubahan pola keagamaan masyarakat dalam dunia yang semakin kompleks. Melalui pendekatan ini, dapat terlihat bagaimana masyarakat Muslim saat ini membentuk, menyesuaikan, dan mungkin juga mempertanyakan nilai-nilai tradisional mereka.  Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika keislaman kontemporer dengan mempertimbangkan aspek sosial yang membentuk identitas religius individu maupun kelompok dalam masyarakat.
Pembahasan
 Globalisasi dan Interaksi Budaya
   Globalisasi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perubahan pola religiusitas masyarakat Muslim. Dengan adanya globalisasi, batas-batas geografis menjadi lebih kabur, dan interaksi antara berbagai budaya pun semakin intens. Dalam dunia yang terkoneksi ini, masyarakat Muslim tidak hanya mengakses nilai-nilai Islam yang bersumber dari lingkungan tradisional mereka, tetapi juga dihadapkan pada pandangan-pandangan baru yang mungkin berbeda atau bahkan bertentangan.
  Fenomena ini dapat dilihat dalam pola konsumsi media, seperti maraknya tayangan-tayangan religius yang dikemas dalam format modern di platform digital, yang menjadi salah satu sarana untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman secara instan.
Digitalisasi Agama dan Komunitas Virtual
   Perkembangan teknologi digital telah memungkinkan munculnya berbagai komunitas virtual yang mempromosikan nilai-nilai keagamaan dengan cara yang berbeda. Di media sosial, misalnya, seseorang dapat memilih untuk mengikuti kelompok diskusi, kelas kajian daring, atau akun-akun dakwah yang memberikan penjelasan tentang ajaran Islam.
   Dengan beragamnya sumber informasi ini, masyarakat Muslim memiliki banyak pilihan untuk belajar agama tanpa harus mengikuti tradisi keagamaan yang konvensional. Sosiologi melihat fenomena ini sebagai bentuk "pluralisasi agama", di mana seseorang dapat memilih dan menyesuaikan aspek-aspek tertentu dari ajaran agama yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
Religiusitas Individual dan Kolektif
   Masyarakat Muslim modern juga menunjukkan kecenderungan yang lebih individualistis dalam memahami dan mempraktikkan agama. Jika sebelumnya individu sangat bergantung pada ulama atau tokoh agama sebagai sumber otoritas, kini banyak Muslim yang memilih untuk mempelajari agama secara mandiri melalui buku, artikel online, atau video ceramah.
   Sosiologi mengidentifikasi fenomena ini sebagai pergeseran dari "otoritas agama kolektif" menuju "otoritas agama individual". Hal ini tidak terlepas dari peningkatan literasi masyarakat Muslim yang semakin kritis dalam menerima ajaran agama, serta kebutuhan akan pengalaman spiritual yang lebih personal.
    Namun, kecenderungan ini juga menghadirkan tantangan dalam menjaga kesatuan pemahaman, karena tanpa panduan otoritas yang jelas, terdapat potensi munculnya pandangan-pandangan yang berbeda dalam satu komunitas Muslim.
Isu Radikalisme dan Islam Moderat
   Salah satu isu kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat Muslim adalah meningkatnya pengaruh ideologi radikal yang disebarkan melalui media digital. Gerakan radikal cenderung memanfaatkan ketidak pastian identitas di kalangan generasi muda Muslim yang sedang mencari makna religiusitas dalam dunia modern.Sosiologi membantu memahami bagaimana proses sosial, seperti marginalisasi ekonomi atau ketidakadilan sosial, dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap ideologi radikal.
   Namun, di sisi lain, banyak juga gerakan Islam moderat yang muncul untuk menanggapi tantangan ini. Islam moderat seringkali mempromosikan pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perubahan sosial, tanpa kehilangan nilai-nilai dasar keislaman. Peran komunitas lokal dan pemuka agama dalam menawarkan pemahaman yang kontekstual menjadi penting dalam menjaga stabilitas dan kedamaian masyarakat.
Kesimpulan
   Pendekatan sosiologi terhadap dinamika keislaman kontemporer menunjukkan bahwa perubahan pola religiusitas dalam masyarakat Muslim tidak lepas dari pengaruh interaksi sosial, globalisasi, dan digitalisasi. Dengan terbukanya akses terhadap informasi yang luas dan beragam, masyarakat Muslim kini mengalami pluralisasi dalam cara memahami dan menjalankan agama. Mereka cenderung memilih pendekatan yang lebih individual dalam menjalani spiritualitas, meskipun hal ini membawa tantangan baru dalam mempertahankan kesatuan pemahaman.
   Sosiologi juga membantu mengidentifikasi potensi ancaman radikalisme yang muncul sebagai respons terhadap ketidak pastian identitas dan tekanan sosial yang dihadapi oleh sebagian kelompok Muslim.
   Dengan memahami dinamika ini, masyarakat Muslim dapat lebih siap menghadapi perubahan dan tantangan, serta memperkuat identitas keislaman yang relevan dan kontekstual. Pendekatan yang lebih inklusif, kritis, dan adaptif dalam beragama dapat menjadi solusi untuk menciptakan harmoni dalam keberagaman pemahaman di tengah kompleksitas kehidupan modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H