Mohon tunggu...
Azka Ramadhan
Azka Ramadhan Mohon Tunggu... -

Yogyakarta, Southside | Broadcasting UMY 2010 | Football Addict | PSIM 1929 | @azkarmdn

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Forget It....

5 November 2012   12:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Andi bangun, ada kiriman surat buat kamu, tapi nggak ada namanya nih.....’ Ucap ibu sembari menaruh selembar surat disamping bantalku.

Suara ibu membangunkan tidur siangku yang sangat singkat ini. Baru sadar, disampingku sudah ada selembar amplop putih. Aku sempat berfikir, sudah sangat lama aku tidak menerima surat seperti ini selain dari kampus tempat aku kuliah yang tentunya berisi deretan nilai yang menurutku sangat absurd itu.

Perlahan aku menyobek pinggiran amplop dan mengeluarkan surat tersebut. Rasa terkejut campur bahagia waktu aku tahu surat tersebut berasal dari Reva, pacarku yang saat ini sedang bekerja di Jakarta untuk mengisi waktu sebelum dia kuliah tahun depan, kebetulan saudara dari ayahnya mempunyai kantor notaris dan sedang membutuhkan tenaga sekretaris. Untaian kata rindu dan cara bercandanya yang sangat khas membuatku sangat ingin memeluk dan mendekapnya. Tapi dari seluruh bagian surat, aku paling suka dengan bagian terakhir surat darinya, “Jangan kecapekan, jangan kebanyakan ngerokok, inget kamu punya asma. Aku nggak mau kamu kenapa-napa disana, aku sayang banget sama kamu....” Oh tuhan, aku berasa ingin terbang membaca bagian terakhir surat itu.

Bagian terakhir surat itu membuatku flashback pada memory dua bulan lalu saat aku mengantarnya ke Bandara Adi Sutjipto, Jogjakarta untuk melepas dan merelakan dia pergi ke Jakarta. Sebelum berangkat dia berpesan sama dengan bagian terakhir surat itu, kemudian memberiku pelukan singkat yang sangat hangat, dan diakhiri kata “I love you....” sampai akhirnya pandangan kami berpisah, hingga saat ini.

Satu hal yang membuatku yakin untuk tetep melanjutkan hubungan dengan Reva walaupun kami harus tinggal berjauhan adalah komitmen yang sudah kami jalin sebelum dia pergi. “Aku emang mau pergi keluar kota, entah sampai kapan. Tapi aku tetep nggak mau hubungan kita berhenti gini aja, aku pengen kita tetep lanjut.” Awalnya aku sempat ragu, namun pandangan mata terakhirnya itu seakan benar-benar meyakinkanku.

Hari-hari aku lalui tanpa Reva disampingku, kami memang masih berhubungan melalui sms atau telepon. Tapi tetap saja, selalu ada yang kurang tanpa dia. Cukup beralasan memang, aku dan Reva sudah berpacaran lebih dari satu tahun, tepatnya satu tahun dua bulan, waktu yang cukup lama untuk anak muda jaman sekarang.  Beruntung aku memiliki banyak teman yang selalu menutup kesepianku. Hidupku masih normal walaupun harus long distance relationship dengan Reva, lagi pula aku bukan tipe cowok yang suka menghabiskan waktu sendirian di rumah, aku lebih suka beraktivitas diluar bersama teman-teman.

.......

Tidak terasa sudah enam bulan Reva meninggalkan Jogjakarta. Aku masih setia menunggunya, tanpa ada niat untuk berpaling pada wanita lain. Mungkin ini yang dinamakan cinta, dan terus terang baru kali ini aku merasakan cinta yang begitu dalam. Ya, aku sudah terlanjur jatuh hati sejatuh-jatuhnya pada gadis cantik dan keras kepala namun pemberani ini. Dalam hati aku terus berharap, semoga Reva juga mempunyai perasaan yang sama denganku.

Pagi ini aku berniat menulis surat untuk Reva, namun mendadak nada dering handphone-ku memecah keheningan pagi buta ini.

“Private number?” Ucapku lirih.

Dengan sedikit terpakasa aku angkat telepon yang menurutku sangat nggak jelas. Belum sempat aku  berbicara, si penelpon langsung menyahut dengan suara kencang.

“Halloo Andi, coba tebak aku lagi dimana? Aku udah di stasiun Tugu. Nggak usah kaget loh sayang hehehe......”

Betapa terkejutnya aku, ternyata Reva yang berbicara dibalik telepon, dia memberitahuku kalo sekarang dia sudah di Jogja. Aku terkejut, bertanya-tanya, sekaligus bahagia tentunya. Ya, semuanya begitu mendadak karena Reva sengaja ingin memberiku surprise.

Tidak berselang lama handphone-ku kembali berdering, kali ini sms dari Reva. “Mesti kaget ya tiba-tiba aku balik ke Jogja? Ntar sore jam 4 ketemuan di depan Benteng Vredeburg ya? Aku kangen kamu, nggak sabar ketemu kamu... Ok kan sayang? Harus ok dong :)”

Sambil tersenyum simpul penuh kebahagiaan, aku balas sms dari Reva. Oh tuhan, indahnya pagi buta ini.....

Sore ini aku kembali bertemu dengan pacarku, Reva setelah enam bulan kami berpisah. Reva mengenakan kaos putih lengan pendek, celana jeans, dan sepatu converse warna hitam.  Tidak banyak perubahan, Reva tetap cantik, bahkan semakin cantik. Kita bergandengan tangan, bersendau gurau, menghabiskan sore itu hingga malam hari, melepas rindu yang sudah lama tertahan.

Aku kembali menghabiskan hari-hariku dengan Reva. Kita melakukan banyak agenda yang dulu sempat tertunda karena dia harus pergi ke Jakarta. Rasanya aku seperti menemukan kepingan puzzle hidupku yang sempat hilang. Aku benar-benar meikmati setiap detik waktuku bersama Reva.

.........

Namun akhir-akhir ini aku merasakan ada sedikit perubahan pada sikapnya. Dia menjadi lebih dingin, dan aku sama sekali tidak mengerti dengan keadaan ini. Bahkan kami mulai jarang bertemu karena aku sedang banyak kesibukan di kampus. Hubungan kita menjadi sedikit terbengkalai. Aku selalu menghubunginya setiap ada kesempatan, tapi tetap saja tanggapannya dingin.

Reva sudah berubah, ini bukan Reva yang aku kenal dulu.....

Hingga pada akhirnya saat aku dan Reva makan malam bersama, Reva mengucapkan kalimat yang mengejutkan. Reva memilih mengakhiri hubungan ini, tanpa ada alasan yang jelas. Dia hanya bilang kalau perasaannya ke aku sudah tidak seperti dulu lagi.

“Aku pikir kita cukup sampai disini, aku nggak bisa terus bertahan, aku nggak mau terus-terusan nyakitin kamu....”

Aku terus berusaha menjaga hubungan ini, namun semuanya sia-sia. Akhirnya pada tanggal 8 Juni 2012, hubunganku dengan Reva resmi berakhir. Tepat dua bulan sebelum anniversary kita yang kedua.

Aku masih tidak percaya dengan semua ini, gadis yang aku cintai dengan segenap ketulusan itu meninggalkanku tanpa alasan pasti. Bahkan aku tidak mengerti, sebenarnya apa salahku?

........

Hanya berselang satu bulan setelah hubungan kami berakhir, aku mendapati Reva sudah menjadi milik laki-laki lain. Oh tuhan, kali ini aku benar-benar terpuruk. Belum sembuh sakit hatiku akibat kehilangannya, Reva sudah membuat luka baru lagi di sisi hatiku yang lain.

“Maafin aku Andi, aku emang sayang sama kamu, tapi rasa sayangku saat ini udah nggak kayak dulu. Maafin aku harus beranjak dari hidupmu, dan memilih orang lain. Maafin aku, Andi....”

Sebuah pesan singkat dari Reva, yang hanya mampu aku balas dengan air mata. Andai saja cintamu seperti cintaku.

Aku sempat hancur, namun aku berusaha keras menata hidup kembali. Aku sadar, aku tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan. Aku masih memiliki banyak teman, aku masih memiliki masa depan.

.....

Sudah beberapa bulan terakhir aku tidak tahu lagi kabar soal Reva, aku hanya mendengar dari temannya kalau Reva sekarang kuliah di salah satu universitas swasta di Jogjakarta. Aku memang sengaja tidak mau tahu dengan hidupnya, aku berusaha keras melupakannya. Aku unfollow twitter-nya, aku singkirkan seluruh barang-barang pemerberian dia, aku sudah tidak mau ingat segala hal tentang Reva.

Setelah waktu berlalu, secara mengejutkan Reva kembali datang. Melalui Blackberry Massanger dia menyapaku setelah sekian lama kami tidak bertegur sapa. Aku sangat ingin mengacuhkannya, tapi hati ini tidak bisa dibohongi, aku sangat merindukan Reva.

Akhirnya kami banyak mengobrol melalui bbm, dia bercerita banyak soal hubungan dengan pacarnya yang putus satu minggu yang lalu. Dia bilang kalau pacarnya terllu posesif dan banyak ngatur.

“Dia orangnya kaku banget, banyak ngatur. Kayaknya emang kamu doang yang bisa ngertiin aku, Ndi...”

Aku sempat bertanya-tanya, apakah ini jalan dari tuhan untuk menyatukan aku dan Reva kembali? Namun tanpa disadari, aku kembali terjebak pada masa lalu yang sebenarnya sudah hampir musnah dari ingatanku.

Ternyata harapan tinggalah harapan, sudah dua hari terakhir Reva tidak menyapaku di bbm, bahkan ketika aku bbm lebih dulu, pesanku tidak pernah dibalasnya. Hingga akhirnya aku mengerti setelah melihat akun twitter-nya, Reva memilih kembali ke pelukan mantan pacarnya itu. Bukan! Bukan ke pelukanku.

Tanpa disadari juga, aku telah membuat satu space untuk luka baru di dalam hatiku. Reva seakan membawaku terbang dengan jet mewahnya, namun begitu sampai di angkasa, Reva kembali menjatuhkanku ke bumi, tanpa ampun.

Ya, aku terjatuh lagi, kali ini karena kebaikanku, atau bisa dibilang karena kebodohanku sendiri.....

“Remember when I said I love you, well. Forget it, I take it back. I was just a stupid kid back then. I take back every word that I said....” Alkaline Trio, Stupid Kid.

Cinta memang sangat sulit dipahami, kawan.

Azka Ramadhan - @azkarmdn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun