Bekasi -- KKN di Desa Penari berawal dari sebuah utas di Twitter pada 24 Juni 2019 lalu yang dibuat oleh akun anonim @SimpleMan. Utas itu kemudian menjadi viral karena diretweet sebanyak 74 ribu kali dan disukai hampir 200 ribu kali.Â
Usai heboh di jagat dunia maya, kisah perjalanan keenam mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil dijadikan buku pada September 2019, dan selanjutnya diangkat ke layar lebar.
Hebohnya film KKN di Desa Penari sejatinya memicu berbagai antusiasme masyarakat, khususnya pada para generasi muda. Film KKN di Desa Penari yang tayang pada hari Sabtu, 30 April 2022 lalu menuai tanggapan yang positif. Hingga hari Jumat, 13 Mei 2022, film KKN di Desa Penari ini telah disaksikan sebanyak 4.206.103 penonton dengan jumlah pendapatan kotor ditaksir mencapai 207.597 miliar.
Sejak diputar di bioskop pada 30 April lalu, film besutan sutradara Awi Suryadi ini berhasil menjadi box office di Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Menurut Awi, ada beberapa faktor mengapa film ini laris, salah satunya ialah karena cerita tersebut sangat relate dengan karakter masyarakat Indonesia yang mempercayai dan menggandungi kisah-kisah mistis.
Film KKN di Desa Penari menyajikan alur cerita yang relevan dengan kehidupan pemuda, khususnya dengan cerita Kuliah Kerja Nyata (KKN) waktu kuliah di Perguruan Tinggi.
Selain itu, film KKN di Desa Penari ini juga mengisahkan terkait romantisme cinta para remaja ketika melaksanakan KKN. Dengan demikian, antusiasme pada film KKN di Desa Penari ini juga nyata.
Cerita KKN di Desa Penari disebut berasal dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 1998. Â Kisah yang berkisar soal enam mahasiswa (Ayu, Widya, Nur, Anton, Wahyu dan Bima) yang mengikuti KKN di suatu desa terpencil yang memiliki urban berupa tempat keramat yang tidak boleh dimasuki manusia.
Di film tersebut, Badarawuhi adalah Ratu penguasa lokasi keramat yang ada di desa KKN dilaksanakan. Badrawuhi digambarkan sebagai siluman ular yang sangat cantik dan merupakan penari serta pemilik sinden (tempat mandi para penari) yang berada di tempat keramat itu.
Namun, sepasang mahasiswa peserta KKN melanggar aturan yang ditetapkan di desa itu sehingga mengundang amarah serta kutukan Badrawuhi.
Produser film, Manoj Punjabi, mengatakan biaya produksi film ini hingga marketing menelan biaya sampai Rp 15 miliar.
Terkait dengan film KKN di Desa Penari, sejatinya memberikan pelajaran bahwa dimana pun kita berada, kita harus menghormati norma-norma sosial yang ada termasuk menjaga sopan santun dan kepatutan.
Dalam film KKN tersebut, terdapat cerita bahwa ada dua mahasiswa yang melanggar aturan yang ditetapkan di desa tersebut. Terkait dengan hal itu, maka kemudian terdapat peristiwa mistis terhadap peserta KKN yang menjadi sajian utama dalam film KKN di Desa Penari.
Film KKN di Desa Penari telah disaksikan sebanyak lebih dari 7 juta penonton. Selain itu, angka fantastis tersebut juga dinyatakan sebagai bukti nyata tingginya kesadaran dan semangat masyarakat untuk menghargai karya anak bangsa.
Film tersebut dikabarkan telah menggeser sederet Tanah Air dengan jumlah penonton fantastisnya, seperti Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang tayang pada tahun 2016 dengan jumlah penonton 6,8 juta dan di posisi kedua ada Dilan 1990 yang tayang pada tahun 2018 dengan jumlah penonton 6,3 juta penonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H