Sejak saat itu, Nug benar-benar selalu mengikuti kemana pun Binta pergi. Melakukan segala usaha agar Binta ikut dengannya, hingga akhirnya Nug mengetahui bagaimana kondisi keluarga Binta. Kejutekan dan sikap jauh Binta justru tidak mematahkan semangat Nug untuk mendekati Binta, justru itu membuat Nug merasa senang dan lucu saat melihat Binta mengomelinya. Dengan perlakuan Nug kepada Binta, itu mengingatkan Binta pada satu orang yang memperlakukannya sama, masa lalunya, Biru.Â
Seiring berjalannya waktu, Nug semakin dekat dengan Binta dan ibunya. Perhatian itu membuat Binta perlahan mulai terbuka dengan Nug dan perlahan melupakan Biru. Masuk pada klimaks pada Novel ini, di suatu hari, Cahyo memberikan hadiah kepada Binta, tiket menuju Banda Neira. Dari sinilah petualangan Binta dimulai, dia bertemu Biru. Binta juga baru mengetahui bahwa tiket itu juga pemberian Biru. Dengan interaksinya yang berlarut, Binta mulai luluh kepada Biru.Â
Pertemuannya dengan Biru benar-benar membuat Binta merasa begitu berwarna. Biru mulai memberikan sajak-sajak indah kembali pada Binta. Di senja kala itu, Biru menuliskan sajak di tangan kiri Binta, Menanti Senja bersama Senja. Binta semakin luluh kepada Biru, namun di sisi lain, Biru semakin takut apabila Binta semakin jatuh kepadanya. Hingga sampai pada hari terakhir liburan Binta di banda Neira, dia mengajak Biru untuk ikut dengannya ke Jakarta, namun Biru menolak, dia memiliki alasan tersembunyi yang dia tidak dapat katakan kepada Binta. Perlakuan itu membuat Binta pulang dalam keadaan sedih.
Karena Seorang Biru adalah satu-satunya dorongan bagi Binta untuk melanjutkan hidupnya. Setelah berpisah selama beberapa tahun, akhirnya takdir mempertemukan mereka di Banda Neira. Namun, alih-alih menemukan jawaban atas kisahnya bersama Biru yang selama ini menjadi tanda tanya, Binta malah dihadapkan pada kenyataan yang membuat hidupnya semakin sulit. Biru memutuskan untuk tidak bersama dengan Binta.
Di Lain sisi, ketika Binta sedang di Banda Neira, Kepulangan Nugraha dari Bandung langsung mendatangi rumah Binta, menemui Mama Binta. Nug benar-benar menyayangi Mama Binta selayaknya ibunya, hingga Nug menyampaikan suatu kalimat kepada Mama Binta.Â
"Tante memiliki seorang anak yang luar biasa hebat, dia tulus dan susah sekali mencari orang seperti dirinya". Percakapan itu pun dilanjutkan dengan curhatan seorang Nug tentang Binta.
Nug ada di Jakarta telah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Binta selepas kepulangannya dari Banda Neira. Binta menemuinya, namun Nugraha memilih diam, tidak menanyakan apapun kepadanya. Suatu ketika, Biru memutuskan datang ke Jakarta dan baru mengetahui adanya 'sesuatu' tentang Nug dan Binta. Dengan mengetahui itu, membuat Biru merasa Nug akan jauh memperlakukan baik seorang Binta di hidupnya. Binta tidak tidak ingin menemui Biru, Namun dengan kata-kata yang dikirimkan Biru kepada Binta, menjawabnya, bahwa Nug lebih pantas bagi Binta. Pernyataan itu membuat Binta semakin bingung.Â
Novel ini memiliki nilai cerita yang sangat baik. Dimana lika-liku hidup yang tidak melulu monoton, tentang menghargai, dan takdir yang tidak dapat dipaksa. Binta menjadi sosok yang tidak dapat ditebak, sehingga menciptakan alur yang tidak biasa sehingga pembaca tidak dapat menebak akhir cerita sebelum membacanya hingga akhir. Untuk dapat mengetahui bagaimana keputusan Binta selanjutnya, baca Novel  "Kata" yang dapat ditemui di toko buku terdekat.
"Manusia dilahirkan lewat pertemuan untuk menghasilkan pelajaran dan kenangan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H