Mohon tunggu...
Azkanita Mahdia
Azkanita Mahdia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

Saya hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film

Sinopsis Film Drama Religi: Merindu Cahaya de Amstel, Garis Sejarah Negeri Kincir Angin Dalam Balutan Islami

15 Januari 2024   20:30 Diperbarui: 16 Januari 2024   06:32 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Merindukan Cahaya de Amstel memanfaatkan konsep perpindahan agama dengan sangat baik. Film ini merupakan adaptasi dari novel yang ditulis oleh Arumi E. Novel tersebut adalah drama religi. Cerita ini adalah kisah percintaan dan persahabatan yang menghibur. Elemen kedua tersebut memicu minat masyarakat, terutama remaja, untuk menonton film.

Film ini bercerita tentang Khadija, seorang perempuan mualaf dari Belanda. Memiliki latar belakang lokasi di Belanda. Ketika dia bukan seorang Muslim, dia diberi nama Marien Veenhoven yang diperankan oleh Amanda Rawles. Walaupun Dia lahir dalam keluarga non-Muslim yang religius, namun  dia memiliki banyak kebebasan sejak kecil. Dengan kebebasan itu, dia memasuki puncak masalah dalam hidupnya. Ketika video mesranya di atas ranjang disebarluaskan oleh mantan kekasihnya, dia menghadapi titik terendah dalam hidupnya. Karena malu, keluarganya mengusir Marien dari rumah.

Marien merasa hidupnya tanpa harapan. Sampai pada suatu malam, ia mencoba bunuh diri dengan mengonsumsi obat hingga ia mengambil dosis yang berlebihan. Nasib baik, Marien dibawa ke rumah sakit oleh seorang muslimah. Fatimah yang diperankan oleh Oki Setiana Dewi adalah nama perempuan muslimah yang membantu. Ia memberi Marien pencerahan Islam, yang kemudian memikatnya untuk menjadi Muslim. Ia segera mengenakan hijab dan namanya diubah menjadi Siti Khadija. 

Marien Khadija Veenhoven, merupakan nama barunya, setelah ia memutuskan untuk memeluk agama islam. Khadija juga diminta oleh Fatimah untuk bergabung dengan komunitas Islam. Khadija senang, karena diterima dengan baik oleh orang-orang di komunitasnya. Khadija adalah perempuan mualaf yang luar biasa. Ia memiliki kemampuan untuk menyebarkan kebaikan, taat pada ajaran agama barunya, dan membuat orang-orang disekitarnya merasa nyaman bersamanya. 

Ketika Khadijah naik kereta menuju suatu tempat, ia bertemu dengan Kamala yang diperankan oleh Rachel Amanda, seorang mahasiswi Indonesia yang kuliah di Belanda. Dengan diam-diam, Khadija melihat pria asing merobek tas Kamala. Setelah itu, Kamala dipaksa turun oleh Khadijah. Jika orang asing tiba-tiba memaksa kita untuk melakukan sesuatu, siapa yang tidak memberontak? Kamala sangat berterima kasih setelah Khadija memberitahu dia tentang kejadian kriminal yang hampir dialaminya. Mereka mulai berkenalan dan kemudian menjadi teman baik. 

Saat cinta segitiga hampir menghancurkan persahabatan Khadijah dan Kamala. Ketika mereka menyukai pria yang sama, bernama Nicolas Van Dijk. Nicholas merupakan mahasiswa arsitektur agnostic, Nicholas Van Dijck yang diperankan oleh Bryan Domani yang memiliki profesi menjadi fotografer dan jurnalis di sela-sela kesibukan kuliahnya.

Pertemuan mereka berawal ketika Nicholas tidak sengaja memotret sosok gadis berhijab rapat saat di Museumplein. Kemudian foto tersebut diperlihatkan kepada kepala redaksinya dan mereka menyukai foto tersebut karena sang gadis memancarkan Cahaya yang sangat indah. Hingga kepala redaksi tersebut meminta Nicholas mencari tahu sosok gadis tersebut.

Keesokan harinya Nicholas mencari tahu dan mendapatkan informasi bahwa gadis tersebut, bernama Khadija dan merupakan seorang mualaf. Kemudian berlanjut lah pada perkenalan dan menumbuhkan cinta lintas agama hingga cinta segitiga diantara Khadija, Nicholas, dan Kamala. Konflik percintaan pada film ini menunjukkan kedewasaan dan menghadirkan pembahasan cinta dalam agama.

Khadija sendiri merupakan mahasiswa Sastra Indonesia di Belanda. Meski pelafalannya masih menunjukkan aksen Belanda, Khadija sedikit mengerti Bahasa Indonesia. Selain itu, riasan wajah yang dikenakan Amanda seolah-olah menyerupai wajah wanita Eropa. Penggunaan lensa mata warna abu-abu juga membuat Anda terlihat seperti perempuan Belanda. 

Melalui film Merindu Cahaya de Amstel, Khadija sebagai tokoh utama dalam film ini menggambarkan sosok yang memiliki citra positif. Dilingkupi dengan penjelasan alur cerita berbalut agama Islam, membuat penonton secara tidak langsung akan memahami cerita seorang mualaf yang survive di tanah belanda beserta sejarah Islam yang berada di Negara belanda. Untuk mengetahui bagaimana kelanjutan cerita dalam film ‘Merindu Cahaya de Amstel’ dapat disaksikan melalui App Maxtream atau platform legal perfilman Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun