Mohon tunggu...
Azka Nidaulhaq
Azka Nidaulhaq Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berita ini di buat untuk memenuhi tugas perkuliahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Seorang Da'i

27 Mei 2024   22:16 Diperbarui: 27 Mei 2024   22:16 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Syamsul Yakin dan Azka Nidaulhaq (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Moralitas adalah respons spontan. Akhlak seorang da'i merupakan respon spontan khatib terhadap Mad'u.
Mad'u tentu saja bertindak berbeda. Sesuatu yang menarik sedang terjadi. Ada sesuatu yang menarik pada dirinya. Ada yang  menguji semangat para da'i. Namun Allah menjamin, apapun keadaannya, sang da'i bisa bersikap baik kepada Mad'u. Allah menekankan: "Maka dengan karunia Allah kamu akan berbuat baik kepada mereka.
" Jawaban Nabi adalah: Ketika dia berdakwah, Allah  melembutkan hatinya. Tentu saja, hal ini juga berlaku bagi para da'i saat ini. Faktanya, sejarah mencatat bahwa Nabi SAW bersikap toleran terhadap orang-orang kafir di Mekkah. Nabi melihat di Mad'u seseorang yang tunduk pada dakwah dan  harus dibawa kembali ke jalan kebenaran. Karena dosa besar yang mereka lakukan, para nabi tetap lemah lembut. Sekalipun mereka melakukan kegiatan boikot. Di Mekah, Nabi diboikot secara ekonomi. Mereka mengumumkan bahwa apa pun yang dibeli Nabi  tidak boleh dijual dan apa pun yang dijual Nabi  tidak boleh dibeli. Padahal  mata pencaharian utama masyarakatnya adala berdagang, dan Mekkah merupakan kota perdagangan. Seperti Dai, Nabi menanggapi situasi seperti itu dengan karakter yang mulia. Allah telah memerintahkan hal ini.
 "Jika kamu kasar dan kasar, niscaya mereka akan menjauhkan diri darimu. Maka maafkanlah mereka.
" Ali Imran/3:  159).

Sejauh ini, dua akhlak Dai yang ditanamkan berdasarkan ajaran Al-Qur'an: kebaikan dan toleransi.
Mengenai orang yang mengampuni, Allah berjanji: Tetapi orang-orang yang memaafkan (orang-orang yang berbuat jahat) dan berbuat baik, itu berasal dari Allah.
 "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat jahat.
" (QS. Al-Syura/42:  40). Akhlak selanjutnya yang harus dimiliki seorang khatib adalah memohon ampun kepada Madhu yang terlanjur melakukan dosa besar terhadap Allah. Hal ini terungkap dalam puisi "Mohon maafkan mereka" (QS. Ali Imran/3: 159). Ketika Nabi berdakwah kepada masyarakat Thaif, mereka menganiaya beliau. Ketika malaikat melihat ini, dia berkata: ``Wahai Muhammad, jika engkau berkenan, aku bisa terjatuh di Al-Aqshabain (dua gunung besar di sebelah kiri dan Masjid Agung).
Rasulullah bersabda, ``Tidak, namun aku berharap Allah akan melahirkan dari antara keturunan mereka suatu kaum yang  tidak mempersekutukan-Nya, melainkan hanya beribadah kepada-Nya.
'' (HR. Bukhari berkata, ``Dan bersama mereka (QS. Ali Imran/3: 159).

Menurut sejarah, Nabi sebagai seorang khatib mengajak para sahabatnya untuk berkonsultasi pada saat perang Uhud. Saat itu, ada dua pendapat apakah ia harus tetap di Madinah atau keluar dan menemui musuh. Kebanyakan teman menyarankan untuk menghadapi musuh. Nabi kemudian memutuskan untuk meninggalkan Madinah bersama pasukannya. Dari semua yang telah dikatakan tentang moralitas para da'i, yang paling penting adalah kepercayaan. Tuhan memerintahkan ini.
 "Jika kamu sudah mengambil keputusan, bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
" (QS. Ali Imran/3: 159).
Diuraikan berdasarkan surat Ali Imran ayat 159, akhlak yang hendaknya dimiliki Dai adalah lemah lembut, mau memaafkan, memohon ampun, penuh perhatian dan penuh kepercayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun