Mohon tunggu...
Azka Millati Putri
Azka Millati Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam 2C, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keilmuan Seorang Da'i

27 Mei 2024   17:10 Diperbarui: 27 Mei 2024   18:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Galeri Azka

Oleh : Syamsul Yakin dan Azka Millati Putri, Selaku Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Inti ajaran islam adalah akidah, syariah dan akhlak. Oleh karena itu, keilmuan seorang dai meliputi ketiga inti ajaran islam tersebut, sebab ketiga ajaran tersebut sering disebut tiga pilar pesan dakwah.

Pertama, keilmuan terkait akidah atau keimanan. Akidah dengan Tauhid (mengesakan Allah) berbeda. Tauhid adalah bagian dari akidah, yang berarti akidah lebih luas dari tauhid. Akidah tak hanya terkait keimanan kepada Allah, namun juga rasul-Nya, malaikat-Nya, hari akhir, takdir dan lainnya.

Banya sejumlah aliran dalam islam yang tak jarang kita kenal, seperti Khawarij, Mu'tazilah, Asy'ariyah, Masturidiyah, Wahabuyah dan lain-lain. Tauhid menilai aliran dalam islam sama-sama mengesakan Allah, namun menurut akidah mereka memiliki perbedaan pandangan.

Seorang da'i setidaknya harus memahami mengenai aliran yang diikutinya, tokoh-tokohnya, pendapat-pendapatnya, walaupun sedikit. Seperti tentang perbuatan Allah dan manusia, tentang alam, surga, neraka dan sebagainya lengkap dan sesuai dengan argumen masing-masing. Idealnya seorang da'i dapat mengetahui perbedaan dan persamaan setiap aliran.

Seorang da'i harus mendalami Al-Quran dan Ilmu Tafsir, Hadits dan Ilmu Hadits, Sejarah, dan Pertumbuhan dan Perkembangan Teologi dalam Islam. Seorang da'i juga harus memiliki pengetahuan terkait manhaj, madzhab, ormas dan partai, baik persamaan maupun perbedaannya.

Kedua, keilmuan terkait syariah. Dalam hal ini, syariah berbeda dengan fiqh. Syariah merupakan hukum islam yang masih murni (bukan produk ijtihad) yang digalib dari Al-Quran dan Sunnah. Sedangkan, Fiqh merupakan produk ijtihad ulama mengenai hukum islam yang bersumber dari Al-Quran maupun Sunnah. Seorang da'i harus menguasai Al-Quran, Hadits Nabi, Literatur Fiqh, baik itu klasik, pertengahan maupun kontemporer. 

Dalam konteks ini, syariah, fiqh dan ibadah bisa dibedakan. Ibadah merupakan bagian dari fiqh. Ibadah dalam literatur dikenal fiqh ibadah, fiqh muamalah, fiqh politik, dan lain-lain. 

Ketiga, keilmuan terkait akhlak. Akhlah tak sama dengan tasawuf. Akhlak ialah perilaku lahir, sedangkan tasawuf ialah perilaku batin. Seorang da'i harus dapat membedakan antara akhlak baik (mahmudah) dan akhlak yang tercela (mazmunah). Sebaiknya akhlak seorang da'i dapat meningkat menjadi tasawuf seorang da'i, sebab da'i merupakan role model bagi mad'u. 

Seorang da'i sebaiknya dapat memtakan dirinya sendiri mengenai akidah (aliran kalam), syariah (madzhab fiqh) dan akhlak (tasawuf). Seperti halnya, seorang da'i bermesin teologi Asy'ariyah yang pemikiran kalamnya dinamus, sisi mistik energik sebab bertasawuf akhlaki al-Ghazali dan bermanhaj fiqh Syafii sebab istimbath hukum yang diikutinya rasional-juristik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun