Mohon tunggu...
Azka Makarim
Azka Makarim Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Menuju Tingkat Akhir

Seorang mahasiswa di salah satu PTN dalam sebuah prodi yang langka di Indonesia. Berusaha hidup dengan berbagai stigma dan prasangka yang negatif mengenai kehidupan dunia. Penikmat kehidupan dengan berbagai positif dan negatif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebelum Dosamu Menumpuk karena Mengutuk Kotamu, Mari Kenali dan Pahami Kotamu

25 Januari 2021   13:53 Diperbarui: 25 Januari 2021   14:16 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

- Curhatan singkat mengenai ibukota dan masyarakatnya

Urbanisasi Jakarta menjadi hal yang trending dalam berberapa dekade belakangan ini, sebagai dampak dari sentralisasi pembangunan masa orde baru yang bisa dibilang Jawa-Sentris banyak orang dari penjuru Indonesia berusaha mendatangi kota ini bukan hanya sekedar untuk membuktikan jati diri saja, namun juga untuk mengubah nasib baik secara ekonomi maupun sosial.

Namun, Banyak juga orang yang datang ke kota hanya bermodal nekat tanpa keahlian yang dibutuhkan kota itu hingga akhirnya mereka berakhir menjadi tuna wisma yang ditelantarkan negara, tidak lebih luas sekadar kerja serabutan saja untuk memenuhi kebutuhan pembangunan kota yang makin membludak.

Banyak orang yang tinggal di kota mulai mengutuk dan mencaci maki kota tempat tinggal serta kota mencari nafkah mereka akibat keburukan dan kesialan baik ditempat kerja maupun di lingkungan mereka baik dalam perjalanan berangkat maupun pulang kantor dan pulang kerja.

- Kotamu tidak seburuk kutukan-mu

Lingkunganmu mungkin penuh dengan orang yang individualis dan apatis dengan kondisi sosialmu, tapi cobalah keluar untuk melihat sisi lain dari kotamu. Sebagai pengantar, mungkin tulisan dari Sheditrablog bisa mengubah pandanganmu mengenai kotamu.

Dalam tulisannya dia mengatakan bahwa dia pernah bertemu dengan seorang pembantu dari Kampung Pengasinan di Bekasi. Beliau bernama Mba Ijah, perempuan usia awal 30-an bertubuh tambun yang senang berjilbab kaos.

Sheditrablog sering sekali berbagi cerita dengan Mba Ijah begitupun sebaliknya, salah satu kisahnya yang menarik adalah tempat tinggal Mba Ijah adalah salah satu representasi dari Bhinneka Tunggal Ika, karena penduduknya berisi dari warga asli dan pendatang baik korban bencana seperti Tsunami Aceh maupun Korban Konflik Madura.

“Saya udah nabung Kacang Tanah 15 Kg, dan Gula Pasir 5 Kg. Masih banyak lagi dah kagak inget saya mah” tutur beliau. Pernyataan tersebut merupakan rencana beliau untuk hajatan sunat anak laki-lakinya 2 tahun lagi (2017). Penulis sempat bingung apa kacang tanah tersebut tidak tengik bila disimpan selama itu, Mba Ijah tertawa dengan kebingungan penulis mengenai itu. Maksud Mba Ijah adalah bahwa Gula pasir tersebut pernah ia pinjamkan(bantu) kepada orang yang ingin hajatan, bilamana Mba Ijah ingin hajatan pun dia akan mengembalikan gula yang pernah ia pinjamkan, itu juga berlaku bagi penduduk sekitar. Lumayan, untuk menyicil biaya hajatan agar tidak berat nantinya

Kegiatan “Menabung” keperluan hajat dengan cara menawarkan dirinya membantu yang sedang hajatan ini jadi adat yang dijunjung tinggi di tempat itu, lain halnya dengan tempat tinggal penulis yang dimana serba individu.

Ada kisah juga yang mengisahkan bahwa tempat tinggal Mba Ijah bisa disebut Masyarakat Sosialis, Kala itu penulis memberikan kue dan cemilan kepada Mba Ijah dan makanan tersebut ludes kurang dari 3 Jam setelah disajikan dirumahnya. Penulis bertanya “Wah, emang berapa banyak apa mba orang di rumah sampai bisa ludes secepat itu?” Beliau menjawab bahwa kebanyakan perempuan kerja di perumahan. Abis bantu-bantu, pulang siang hari atau sore setelah kerjaan selesai. Biasanya banyak yang suka dikasih Makanan/Baju bekas dari majikannya. Mereka biasanya menaruh “pemberian” itu di rumah masing-masing dan saling bertukar kabar agar warga bisa ambil juga bagiannya. Semua dibagi Rata, Kurang Sosialis apa masyarakat ini?

Kisah ini merupakan perwujudan sebenar-benarnya manusia bumi sesungguhnya yang katanya makhluk sosial. Ini bukan berbagi adalah kebaikan dan pahala semata. Namun hal biasa yang wajar dilakukan, Kisah ini juga menggambarkan bahwa kotamu mungkin tidak seburuk caci-makimu kepadanya, masih terdapat banyak manusia yang memanusiakan sesama mereka dan tinggal di kota besar.

- Kota dan Manusia adalah sesama pejuang

Jakarta sebagai kota dan kita sebagai warga adalah pejuang yang sama sama punya satu tujuan, Bertahan hidup. Jakarta berusaha untuk bertahan hidup dengan berbagai kompleksnya masalah dari kehidupan sosial dan kehidupan fisiknya yang selalu terancam dengan masalah pemanasan global yang mengancam keberadaan Jakarta. Dengan pandangan ancaman yang sama yaitu ketidakmampuan untuk bertahan hidup, mengapa mereka tidak saling bahu membahu untuk saling mempertahankan hidup satu sama lain?

Salah satu cara dalam berjuang untuk bertahan hidup adalah berubah sesuai zaman. Dalam liputan CNN Indonesia, mereka membahas sebuah fenomena Transportasi Ibukota bernama Metromini dan Kopaja. Liputan tersebut mulai membahas bagaimana Metromini dan Kopaja yang awalnya merupakan transportasi untuk GANEFO dan Asian Games beralih ke tangan Arion kemudian dibawah orde baru dibuatlah PT Metrominidan Kopaja (Koperasi Angkutan Jakarta), hingga mulai meredupnya MetroMini dan Kopaja pada tahun 1995 karena dualisme dan konflik kepentingan, disini mulai banyak terdapat Metromini tak layak jalan namun masih beroperasi hingga pada 2013 sekitar 1600 unit Metromini ditertibkan, diperparah dengan peraturan tahun 2019 bahwa Bus yang berusia lebih dari 10 tahun sudah tidak layak dan diperbolehkan beroperasi.

Dalam liputan tersebut terdapat sudut pandang dari mantan pengusaha MetroMini yaitu Suparjo dari 1997-2018 yang awalnya memiliki sekitar 38 unit Metromini dan Kopaja hingga beliau menjadi salah satu korban dari penertiban Metromini dan Kopaja, dan ada juga pak Johanes Damanik yang melihat bahwa Metromini dan Kopaja sudah sampai usianya saat Gubernur DKI Jakarta Surya Suradireja mengumumkan kebijakan peremajaan unit. Beliau kemudian berangsur-angsur mengalihkan unit unit Kopaja dan Metromini miliknya ke arah trayek pinggiran kota seperti Kp Rambutan - Cibinong dan Senen - Cileungsi menggunakan Bis-Bis Besar.

Darmaningtyas selaku ketua Institut Studi Transportasi juga memberi pendapat mengenai alasan mengapa Metromini dan Kopaja turun pamor-nya dihadapan masyarakat, salah satunya adalah aspek keamanan, kenyamanan, serta keselamatan penumpang. Keberadaan LRT dan MRT pun akhirnya mengakhiri kisah Metromini dan Kopaja dibawah gelombang Busway dan LRT/MRT

Disini Kota berjuang untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman, dimana mobilitas penduduk menjadi hal yang utama untuk sebuah kota dapat bertahan. Dan manusia juga berjuang untuk beradaptasi dengan mengejar zaman yang semakin berkembang pesat dan mobilitas yang semakin cepat yang dimana mereka membutuhkan transportasi umum yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Yang mana Metromini dan Kopaja sudah dirasa gagal dalam menyediakan aspek aspek tersebut saat ini.

Sumber:

- Inside Indonesia, Akhir Cerita MetroMini dan Kopaja

- Ngopi Di Jakarta (Ngojak) Volume 1 = Jalanan, Manusia, Ruang, dan Waktu (Menegakkan (Ke)Manusia(an))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun