Siapa yang tak kenal dengan Negara United State of America, yang menjadi 'kiblat' dari semua mediadalam penyampaian komunikasinya. Hiburan ( film, program televisi, iklan ) dan jaringan informasi ( berita, dokumenter, informasi online ).Â
Tidak hanya media yang menjadi kiblat, tetapi juga gaya hidup manusia barat ikut masuk ke dalam negara -- negara, dan paling utama adalah negara berkembang.Â
Setiap negara pasti mempunyai 'identitas diri' dimana negara mempunyai hak untuk menunjukkan identitas diri seperti budaya, bahasa, adat istiadat dan lain sebagainya.Â
Akan menjadi hal yang sangat berbahaya ketika kita tidak bisa mengontrol arus globalisasi. Luasnya komunikasi dalam dunia ini dan dengan adanya gawai sangat mudah dalam negara adidaya mendoktrin negara berkembang untuk mengikuti budaya mereka.
 Mereka, seperti merenggut identitas diri sebuah negara, karena kekuatan 'mereka' sebagai negara adidaya, tidak hanya budaya, gaya hidup tapi dalam beberapa aspek.
Akan kita ambil contoh seperti di Indonesia sendiri, banyak sekali orang -- orang sekarang yang mengikuti kebiasaan dan budaya barat.Â
Hal ini disebabkan salah satunya oleh teknologi, ternyata semakin cangghinya teknologi tidak hanya menjadikan kita hebat tetapi juga terjajah karena dengan teknologi ini media barat mampu mempengaruhi kita dengan gaya hidup mereka.Â
'Dijajah dari balik layar' mungkin itu adalah kata yang cukup pantas untuk kita, dimana kita masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh dengan 'gaya kekinian'.Â
Contohnya dalam berbusana dari barat sana 'mereka' terbiasa dengan berpakaian terbuka dan menggunakan pakaian yang buakan Indonesia banget, dari segi teknologi, siapa yang tak kenal dengan 'apple' merek asal USA yang memproduksi ( macbook, ipad, iphone dan iwacth ) ini menjadi seperti keharusan kita untuk membeli merek tersebut, padahal di negara kita sendiri.
Kita sudah memproduksi beberapa smartphone buatan anak bangsa yang tidak kalah saing, kita sering merasa 'minder' terhadap orang -- orang karena tidak memakai merek tersebut, inilah yang menjadi masalah.Â
Kenapa kita tidak bisa maju, karena kita hanya bisa menjadi konsumen bagi negara lain bukan untuk negara sendiri. Ternyata tidak hanya dalam teknologi dan pakaian saja, tetapi makanan bahkan media pun kita harus 'berkiblat' dengan mereka. Kita akan membahas kasus ini lebih luas lagi, dari beberapa jalur baik media, teknologi, dan budaya.
Seakan tidak puas dengan budaya kita sendiri, banyak orang -- orang yang pada akhirnya untuk mencari budaya baru, seperti halnya pakaian, dan sebenernya tidak ada yang salah dengan clothing company di Indonesia, karena ketika kita melihat dari sisi perusahaan mereka harus mengikuti pasar, apa yang kita inginkan, dan inilah masalah semua itu karena kita, diri sendiri yang ternyata tidak bangga dengan hasil lokal, semua perusahaan hampir mengikuti pasar, ketika mereka tidak mengikuti pasar akan sulit bagi perusahaan untuk maju.Â
Dari segi teknologi, banyak sekali merek -- merek smartphone yang bermunculan dengan berbagai fitur yang berbeda -- beda. Banyak sekali kompetitor smartphone yang berlomba untuk menjadi yang terbaik, salah satunya produk dalam negeri seperti 'Polytron' yang mengeluarkan smartphone murah dan terjangkau untuk masyarakat Indonesia.Â
Akan tetapi rasa 'gengsi' masyarakat atau anak -- anak muda sangatlah besar, dan akan cenderung untuk memilih sebuah produk dengan merek yang kekinian terutama dalam hal smartphone. Iphone menjadi daya tarik anak muda, dimana yang kita harusnya bangga dengan produk lokal dan memajukan kesejahteraan produk lokal, tetapi yang terjadi kita hanya memperkaya negara lain.Â
Kita memang tidak dapat menguasai pasar dunia dan komunikasi dunia, jika kita tidak bangga dengan identitas kita. Indonesia yang mempunyai banyak sekali media komunikasi (bahasa) patut mencoba unjuk gigi agar lebih dikenal dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H