Mohon tunggu...
Azka BudiRobbani
Azka BudiRobbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bermain bola dan berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Musik Punk sebagai Alat Perlawanan di Amerika (1964-1980)

21 Juni 2023   01:12 Diperbarui: 21 Juni 2023   01:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memasuki tahun 1960-an keadaan mulai berubah. Seiring dengan berkembang- nya situasi di dalam maupun di luar negeri.. Mereka juga mulai menyukai dan mengadopsi budaya-budaya kulit hitam seperti musik rhythm-and-blues, musik rock 'n' roll , dan gaya berbicara slang, yang tentu saja memunculkan membentuk budayanya sendiri, youth culture atau budaya kaum muda, yang berkembang melalui barang atau hal yang merefleksikan penolakan mereka terhadap nilai-nilai orang tua mereka. Seiring dengan berjalannya waktu, youth culture akan terlihat lebih jelas bentuknya dalam wujud counterculture atau budaya tanding.

Di saat yang sama dengan mundurnya musik disco, sebuah musik yang telah berkembang sejak awal hingga pertengahan tahun 1970-an di Amerika Serikat dan dikenal dengan sebutan punk mulai mencuat ke permukaan dan menunjukkan dominasinya. Pada awalnya, kemunculan musik anti kemapanan tersebut ditandai dengan munculnya band-band beraliran punk lewat klub-klub diantaranya The- Ramones, Television, Blondie, Johnny Thunders and The Heartbreakers, dan Talking Heads dari CBGB (Country, Blue-Grass, and the Blues), dan band-band lainnya yang muncul dari klub-klub lain seperti Max's Kansas City dan The Masque. 

Namun, tidak hanya di Amerika Serikat, band-band punk generasi pertama juga muncul di beberapa negara lainnya diantaranya Sex Pistols, The Stranglers, The Clash, The Damned, dan Joy Division di London, Inggris, serta The Saints di Brisbane, Australia.

Pada tahun 1977, sebagai akibat dari pengaruh yang ditimbulkan band-band punk sebelumnya dan pengaruh musik lain, generasi kedua dari band-band punk pun bermunculan. Beberapa band yang muncul diantaranya adalah The Misfits yang berasal dari New Jersey, Black Flag yang berasal dari Los Angeles, Stiff Little Fingers yang berasal dari Irlandia Utara, dan Crass yang berasal dari Sussex, Inggris. Musik punk pada dasarnya berkembang sebagai reaksi tandingan atas dominasi jenis-jenis musik yang populer di tahun 1970-an seperti rock, heavy metal, dan disco. 

Musik yang ditandai oleh adanya sikap anti-kemapanan (anti-establishment) dan perilaku DIY (Do It Yourself) itu menitik beratkan pada minimalisasi teknik dari para musisinya. Keahlian teknik permainan instrumen seperti yang terdapat dalam musik art rock atau heavy metal  merupakan sebuah hal yang dipandang tidak perlu. Musik ini juga banyak berbicara mengenai ketidak adilan politik, kritik sosial, ide revolusi, pemberontakan, bahkan anarkisme.

Dengan berjalannya waktu, musik punk pun mulai memasukkan unsur-unsur dari musik lainnya seperti ska, reggae, dan jazz, sehingga musik minimalis tersebut terdengar        lebih variatif       dan       kompleks.       Seiring       dengan       meroketnya popularitas musik tersebut pada penghujung tahun 1970-an, musik punk yang cenderung lebih kompleks baik dalam segi teknik maupun lirik musik kemudian lebih dikenal dengan nama "new wave." Band-band seperti Talking Heads, Television dan Devo, yang mencampurkan musik punk dengan unsur-unsur musik ska, reggea, atau jazz, merupakan band-band punk awal yang disebut sebagai band beraliran new wave. 

Pada awal tahun 1980-an, muncul pula band-band new wave yang mengabungkan musik punk dengan musik pop. Band-band tersebut diantaranya adalah The Cars, Blondie, Elvis Costello, The Police, dan Duran Duran.

Musik Punk Sebagai Media Ekspresi Kalangan Pemuda

Selain musik dan ideologi, punk juga memiliki satu ciri khas yang paling menonjol dan menjadi salah satu identitas yang kuat, yaitu cara berpakaian atau fashion. Fashion dalam punk punya ciri khas yang cukup unik yaitu sepatu boot doc marteen,  jaket kulit atau jaket jeans, celana jeans sempit atau biasa disebut "street jeans" atau "torn pants", tindikan atau piercing di beberapa bagian tubuh khususnya kepala seperti telinga, hidung, dan mulut, rambut "spikes" atau "Mohawk", tattoo di sekujur tubuh terutama tangan, dan make up yang melambangkan sikap anti kemapanan dan perlawanan  terhadap nilai-nilai dominan di dalam masyarakat. 

Cara berpakaian ini makin di perlengkap dengan kelakuan para personil band-band punk yang mencerminkan   nihilisme, anarkisme, kebodohan, dan kekerasan.

Salah satu ciri khas musik punk adalah pada saat sedang konser para penonton akan melakukan sebuah tarian atau yang sering disebut dengan istilah "moshing" cara mereka melakukan tarian biasa disebut pogo, sedangkan arena untuk mereka menari biasa  disebut "moshpit". Ada bermacam-macam cara melakukan pogo yaitu dengan cara bertabrakan satu sama lain atau dengan cara yang tidak lazim lainnya, bahkan saling melempar botol bir sehingga sangat mirip dengan kerusuhan skala kecil. 

Tarian yang brutal ini mereka lakukan sebagai pelampiasan kepenatan terhadap keadaan sosial yang mereka rasakan, karena seakan-akan ketika mereka ber-pogo ria yang ada hanyalah  kesenangan menikmati alunan musik, namun selain karena alasan-alasan seperti itu ada juga yang melakukan pogo karena di bawah pengaruh alkohol ataupun drugs atau narkoba, karena setiap acara musik punk identik dengan alkohol dan narkoba.  

Perkembangan musik punk di Inggris berawal dari konser The Ramones di London pada tahun 1976, setelah konser tersebut banyak anak muda Inggris yang kagum dan merasa bahwa musik punk adalah jalan keluar untuk mengekspresikan diri sebebas- bebasnya yang mereka cari selama ini. Musik punk tidak hanya memberikan pengaruh pada fashion, dan ideologi saja, akan tetapi musik punk juga memberikan pengaruh terhadap demoralisasi baik kepada musisi dan para penggemarnya. Bentuk demoralisasi ini bisa terlihat dalam berbagai macam bentuk mulai dari tingkah laku hingga cara bicara.

Peranan Musik Punk Sebagai Alat Kritik Sosial 

Musik punk sangat berbeda dengan jenis musik mainstream yang saat itu merajai Top 40 musik di Amerika seperti musik disco, rock, dan heavy metal. Musik punk adalah sebuah musik yang mengusung minimalisasi dalam bermusik, musik ini mendobrak semua aturan-aturan baku dalam membuat sebuah musik pada saat itu, seperti  kesulitan aransemen, teknik permainan, dan lirik indah. 

Musik punk adalah musik yang sederhana karena tidak ditujukan untuk menghasilkan sebuah musik yang enak didengar oleh banyak orang, melainkan hanya untuk komunitas mereka sendiri sebagai bentuk pelepasan ekspresi diri. Musik punk juga berirama cepat dan selalu dengan kord yang berulang biasanya dimainkan hanya dengan tiga kord saja dan durasi lagu yang pendek hampir tidak pernah mencapai tiga menit.

Selain itu ada beberapa genre dalam penulisan lirik, mulai yang konyol tidak bermakna, kritik sosial, cinta, dan sampai pada politik. Lirik-lirik dalam musik punk cenderung kasar,sederhana, dan penuh dengan kemarahan namun sangat dalam karena dalam penulisan lirik biasanya para  pencipta lagu berkata sejujur-jujurnya mengenai keadaan yang terjadi di masyarakat misalnya budaya konsumtif yang saat itu sedang menjadi trend hidup kebanyakan masyarakat Amerika. 

Sangat jarang sekali lirik punk yang menggunakan metafora atau bahasa-bahasa indah seperti di musik pop dimana lirik indah dan kata-kata puitis menjadi salah satu hal yang ditonjolkan, sedangkan di dalam musik punk tidak demikian. Campuran musik yang kasar dan lirik yang kasar pula maka dengan sendirinya akan tercipta sebuah musik yang enerjik, cepat, agresif, keras, dan jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun