"Muy bien mam."
~~~
"Iigo! Iigo!" Ibu Iigo menggedor pintu kamar anaknya. "Abran la puerta, por favor!" Pintanya berkali-kali. Tapi tetap saja, tidak ada jawaban dari dalam kamar.
Kamar tersebut sudah ditutup oleh Iigo selama berjam-jam. Sang ibu membiarkannya, berpikir Iigo pasti sedang tidur nyenyak atau mengerjakan tugas dari sekolah. 2 jam berlalu menjadi 5 dan 5 menjadi 10. Terlalu lama sudah Iigo di dalam kamar. Terlalu mencurigakan. Sang ibu yang panik mengira Iigo pingsan di dalam kamar dan mulai menggedor pintu tersebut. Tetangga sudah mencoba membantu tapi tidak ada yang berhasil. Pintu itu telah dikunci rapat-rapat oleh Iigo. Pasrah, sang ibu menangis tersedu-sedu, bersandar lemah di pintu kayu sang anak. Ketika suasana mulai sunyi, terdengar bisikan dari lubang kunci.
"Lo siento mam."Â Bisik Iigo dari dalam kamar. "Tapi aku memerlukan ini agar tetap hidup. Maafkan aku, anak-anak kecil yang tidak bersalah. Aku ingin tetap hidup. Aku ingin mewujudkan mimpi ibu. Lo siento mam. Te amo mucho."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H