Mohon tunggu...
Azka SabilaPutri
Azka SabilaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Good moment

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi di Era Disinformasi: Menavigasi Tantangan Berita Palsu dan Fakta Alternatif

30 Desember 2023   12:29 Diperbarui: 30 Desember 2023   12:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi komunikasi merupakan salah satu bukti peralihan masyarakat dunia dari era tradisional ke arah modernisme. Ditandai dengan mudahnya masyarakat terpapar berbagai informasi yang ada melalui teknologi yang tercipta saat ini. Masyarakat dunia termasuk Indonesia sudah berada di era yang sarat dengan teknologi komunikasi dan informasi. Berbagai kemajuan teknologi yang sudah dirasakan  memberikan resources informasi dan komunikasi dalam cakupan yang sangat luas. Bahkan informasi menjadi unsur pokok bersifat implisit  dalam konsep pembangunan, mulai dari tahapan perencanaan,  pelaksanaan, dan pengawasan yang didasarkan pada informasi yang memadai.

Fenomena disinformasi menjadi salah satu tantangan dalam era  komunkasi digital saat ini.  Menurut Kelompok Pakar Tingkat Tinggi mengenai Berita Palsu dan Disinfomasi Online Komisi Eropa (2018), bahwa "Disinformasi (...) mencakup segala bentuk informasi yang salah, tidak akurat, atau bahkan menyesatkan yang dirancang, disajikan, serta dipromosikan dengan sengaja dalam rangka merugikan publik atau demi keuntungan semata " (Disinformasi, 2018, hal 3). Hal ini merujuk bahwa fenomena disinformasi  merupakan sesuatu yang bersifat menipu dan mengarah pada tujuan tertentu yang membedakannya dengan misinformasi yang juga merujuk pada informasi palsu atau menyesatkan. Sederhananya, disinformasi merupakan kebohongan yang dilakukan secara sengaja, yang mana ada aktor yang berkepentingan yang melakukan hal tersebut. Sedangkan misinformasi adalah penyebaran informasi secara keliru karena suatu kesalahan tanpa ada maksud untuk menyesatkan.

Apalagi saat ini merupakan bulan-bulan politik yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia.  Banyak sekali kampanye-kampanye  yang dilakukan oleh para calon politikus untuk menarik suara masyarakat. Bahkan, ada oknum-oknum yang sengaja menyebarkan informasi yang tidak benar dalam menjatuhkan lawan dari partai berbeda. Di sini masyarakat harus sangat selektif dalam menerima suatu informasi yang mereka terima agar tidak terpapar dengan informasi hoaks yang beredar. Hal ini menjadi tantangan bagi masyarakat modern saat ini dalam menavigasi tantangan berita palsu dan fakta alternative.

Pengetahuan dan kritisasi merupakan hal yang harus dimiliki setiap masyarakat saat ini sebagai konsep dasar kehidupan dengan bermuara pada suatu pemikiran. Termasuk dalam memproses suatu informasi yang beredar dengan sangat mudah di berbagai platform media. Pengetahuan selalu beriringan dengan ilmu, dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan. Perkembangan ilmu serta pemikiran manusia yang semakin kompleks memunculkan berbagai pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Sehingga memicu timbulnya berbagai kritik sebagai bentuk hasil dari sebuah realita yang ada.

Dalam epistemologi, fenomena terjadinya pengetahuan adalah suatu hal yang penting. Hal ini dikarenakan saat terjadi pengetahuan, akan muncul pernyataan atau jawaban yang menandakan bahwa individu memiliki pandangan atau pemahaman terhadap filsafatnya. Jika dikaitkan dengan hal menavigasi tantangan berita palsu dan fakta alternative, pengetahuan menjadi kunci bagi masyarakat untuk memilah dan memilih informasi yang ada saat ini. Apakah informasi yang didapatkan tersebut merupakan berita hoaks? Atau fakta?

Disiinformasi komunikasi selalu terjadi pada agenda politik yang dilakukan oleh oknum tertentu untuk menciptakan citra yang lebih menguntungkan  bagi penyebarnya. Seperti untuk mengendalikan opini publik dan mendukung narasi politik yang disampaikan. Disinformasi ini secara tidak lansung bertujuan dalam rangka mempengaruhi hasil pemilu, demokrasi, sistem politik, serta penerimaan nilai-nilai dan gagasan ideologis yang ingin ditanamkan.

Berikut ini strategi komunikasi yang dapat dilakukan bagi masyarakat untuk menemukan informasi yang akurat di era disinformasi saat ini, yaitu:

  • Tidak mudah terhasut dengan judul-judul berita yang bersifat provokatif. Sebagai masyarakat kita dapat mencari referensi berita dari situs online yang resmi untuk membandingkan berita yang tersebar tersebut.
  • Perhatikan situs berita yang memuat informasi tersebut. Pastikan informasi yang didapatkan  berasal dari situs terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
  • Periksa fakta yang dimuat dalam berita yang didapatkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara berita berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi melalui kesaksian dan bukti, sedangkan opini adalah pendapat dan kesan penulis berita sehingga cenderung subjektif.

penulis : Azka Sabila Putri

Mahasiswa Ilmu Komunikasi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas (Angkatan 2021)

Referensi:

Hameleers, Michael. (2022). Disinformation as a context-bound phenomenon: toward a conceptual clarification integrating actors, intentions and techniques of creation and dissemination. International Communication Association,33(1): 1-10. https://translate.google.com/website?sl=en&tl=id&hl=id&client=srp&u=https://doi.org/10.1093/ct/qtac021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun