Mohon tunggu...
Azka Aulia
Azka Aulia Mohon Tunggu... -

Lets Go!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Para Koruptor Penyokong Ical

11 Mei 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:09 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik adalah membela kepentingan bukan membela ideologi. Sikap pragmatis inilah yang tampaknya tengah dipertontonkan oleh para pendukung Aburizal Bakrie untuk tetap menguasai Partai Golkar. Para pembonceng ini tak terlalu perduli dengan ketidakjelasan masa depan Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ical, yang mereka pedulikan adalah bagaiman agar tetap bisa aman dibalik lindungan kekuasaan.

Bukan rahasia lagi, banyak para koruptor merasa aman dibawah rangkulan Ical dan sangat berkepentingan untuk menjaga kenyamanan itu. Di bawah kepemimpinan Ical, sejumlah kader korup bukan saja mendapat angin segar, tapi juga mendapat tempat terhormat. Komitmen Ical terhadap pemberantasan korupsi juga dipertanyakan, lantaran sikapnya yang selalu menyatakan dukungan terhadap pemberian grasi kepada koruptor.

Lemahnya komitmen pemberantasan korupsi juga terlihat dari bagaimana sikap Ical menghadapi kasus korupsi kader Partai Golkar. Kasus Ratu Atut Chosiyah mantan Gubernur Banten tidak langsung dipecat oleh Ical. Begitu juga dengan kasus yang melibatkan politisi Golkar Zulkarnaen Djabar, serta kasus Gubernur Riau yakni Rusli Zainal & Anas Ma’mun juga tak langsung dipecat.

Salah satu aktor penting dibalik Munas Bali adalah Nurdin Halid. Hadirnya Nurdin Halid sebagai Ketua Panitia Munas Bali, Tim Sukses dan kini menjadi Wakil Ketua Umum kepengurusan Partai Golkar versi Ical adalah bukti lemahnya moral pemberantasan korupsi. Nurdin Halid adalah mantan terpidana korupsi yang barus aja keluar dari penjara, namun mendapat tempat terhormat disisi Ical. Jika Ical punya integritas, ia pasti hanya akan memilih pengurus Partai Golkar yang bersih dari korupsi.

Nurdin Halid memang sangat ‘sakti‘, ia ditahan sebagai tersangka kasus penyelundupan gula impor ilegal 73 ribu ton pada tahun 2004. Nurdin kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng Koperasi Distribusi Indonesia (KDI). Hampir setahun kemudian, Nurdin Halid dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Jaksa tidak terima dan mengajukan kasasi ke MA. Baru pada 13 Agustus 2007, MA menyatakan Nurdin bersalah dan divonis 2 tahun penjara. Belum lagi dosa-dosanya yang hingga kini masih dirasakan PSSI. Nurdin Halid menjadi ketua PSSI satu-satunya yang memimpin di balik jeruji besi.

Selain Nurdin Halid, mantan Ketua DPD Golkar Jawa Barat Irianto MS Syafiuddin alias Yance. Yance diciduk Kejaksaan Agung terkait kasus korupsi, Jumat dini hari (5/12.2014), dua hari setelah menghadiri Munas Golkar di Bali. Kasus yang melilit Yance adalah dugaan korupsi pembebasan lahan proyek PLTU di Sumur Adem tahun 2004. Yance diduga menaikkan nilai harga jual tanah atau mark up yang seharusnya Rp 22 ribu per meter persegi menjadi Rp 42 ribu. Perbuatannya tersebut mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 42 miliar.

Yance yang pernah menjabat Bupati Indramayu selama dua periode tersebut dikenal sebagai loyalis Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. Ia bahkan pernah diusung Ical menjadi cagub Jabar pada tahun 2013 silam meski elektabilitasnya sangat rendah. Di Munas Golkar lalu Yance menjadi salah satu tim sukses Ical, dia menggalang dukungan seluruh DPD II Golkar se-Jabar untuk mendukung Ical sebagai calon tunggal.

Serjumlah nama lain yang diakomodir oleh Ical juga perlu diwaspadai, seperti Fahd A Rafiq yang masuk jajaran Wakil Bendahara Umum Partai Golkar versi munas Ancol itu juga kena kasus. Fahd merupakan otak merupakan terpidana kasus korupsi pengadaan Alquran di Kemenag yang diusut KPK. Dia dinyatakan bersalah dan dihukum 2,5 tahun penjara.

Belum lagi sejumlah kasus yang mengarah pada pelibatan sejumlah orang dekat Ical. Pemeriksaan penyidik KPK terhadap dua elite Partai Golkar (PG), Indrus Marham, Ade Komarudin dan Setya Novanto terkait kasus Pilkada Lebak Banten yang melibatkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar adalah salah satunya.

Ade Komaruddin yang dipasang sebagai pengendali Fraksi Partai Golkar versi Ical punya catatan buruk lain terkait kasus korupsi. Dari Data intelijen, pada februari 2002, jumlah tabungan Akom mengalami peningkatan drastic Dari semula 14.000.000 jadi 2.704.000.000. Selidik punya selidik, uang itu ternyata didapat Akom karena terlibat di Pansus Buloggate dan Bruneigate. Selain dua pansus itu, kenaikan harta Akom jg krn ia turut memprakarsai hak angkert DPRRI utk menjatuhkan presiden Gus Dur. Selain itu, Ade Komarudin juga meloloskan anggaran tugas pembantuan prioritas MDGs dan supply side SISK tahun 2006-2007. Di SISK, Ade Komarudin main di pengadaan alat kesehatan (alkes) Kementerian Kesehatan. Jajaran kasus lain yang melibatkan Ade Komarudin dapat di baca di sini http://politik.kompasiana.com/2015/05/07/kepentingan-ade-komarudin-bela-ambisi-berkuasa-ical-723027.html.

Setya Novanto yang juga dipasang Ical untuk memegang kendali di DPR RI ini juga punya catatan korupsi yang bertumpuk. Korupsi yang ditengarai melibatkan Setya Novanto antara lain kasus Cessie Bank Bali. Kasus yang merugikan uang negara Rp546 miliar itu telah menyeret Joko Tjandra dan Syahril Sabirin dkk. Begitu juga dengan kasus korupsi baju hansip dengan anggaran Rp560 miliar yang terindikasi ada penggelembungan dana signifikan dan potensi kerugian negara Rp231 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun