Ini bukan sekedar tentang sekelumit informasi yang berseliweran di Media Mainstream ataupun Media Sosial. Apalagi bagi saya yang menerima informasi ini di saat detik pertama memasuki rana dan status sebagai Mahasiswa.Â
Baru saja lepas dari Pakaian Putih Abu-Abu yang penuh dengan Cerita masa-masa paling indah. Masa di mana ada transisi antara branding Remaja menjadi Branding Generasi Emas yang sudah pasti selalu menjadi Wacana di berbagai panggung baik panggung para pemimpin Negara, para politisi, para Motivator, termasuk para Ustads di Mimbar Dakwah.Â
Bahwa posisi branding Generasi Emas itu juga bernama Milenial, Generasi Z, sampai kepada Generasi yang akan bertarung langsung dengan Era Bonus Denografi sebagai Banga yang Besar dengan Jumlah Penduduk yang Besar Pula.
Babarsari, kata ini seketika menyeruak dalam system memori dan kognisi saya, ketika pagi itu membuka Informasi dari Whatsapp Group. Bahwa informasi ini masuk di WA Group di mana baru beberapa hari atau seminggu saya tergabung dalam Group Angkatan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogjakarta Tahun 2022.Â
Sebelumnya, dalam Group WA tersebut hanya berisi komunikasi dan percakapan terkait dengan aktifitas yang akan dilalui para Calon Mahasiswa Baru beserta berbagai informasi yang terfokus pada hal-hal ringan tentang Dinamika, Candaan, Infromasi, serta berbagai wacana yang mesti dilakukan, dilalui oleh para mahasiswa baru.Â
Namun, pagi itu, tetiba kata Babarsari masuk di WA Group langsung menyeruak tentang Peetikaian, Konflik dan bahkan Kerusuhan yang terjadi di Lokasi bernama Babarsari.
 Sekilas saya mencoba membuka Informasi Media Online tentang Babarsari Rusuh dan akhirnya menemukan bahwa Area ini adalah Sentrum di mana aktifitas Mahasiwa Kampus UPN Veteran di mana saya pasti beraktifitas di sini sebagai Mahasiswa.Â
Lalu informasi tentang Babarsari dan Kampus UPN Veterang menggugah rasa penasaran saya tentang apa sebenarnya yang ada di Babarsari dan bagaimana Babarsari lalu menjadi topic yang menyita perhatian banyak kalangan. Lalu sejenak saya harus berselancar di dunia maya, menelusuri semua informasi media online tentang Babarsari.Â
Lalu beberapa jurus kemudian saya tertuju kepada Informasi dari Pemerintah Propinsi DIY Yogyakarta yang juga adalah Sang Sultan yang secara terbuka menyampaikan sikap dan penegasan pemerintah propinsi atas Kasus Rusuh Babarsari yang secara khusus meminta pihak Penegak Hukum untuk bertindak tegas dan pada saat yang sama Sang Sultan menyampaikan bahwa Warga Jogjakarta yang beragam adalah Miniatur Indonesia yang harus selalu menjaga Marwah, Adab, Sikap dan Perilaku sebagaimana Tradisi dan Adat Istiadat sebagai bangsa yang beradab dan berakhlakul karimah, tanpa memandang Suku, Agama dan Antar Goloongan.
 Tak sampai di situ, sebagai Mahasiswa Baru akhirnya saya harus terus mengelaborasi tentang Motivasi saya memilih Jogja sebagai tempat melanjutkan pendidikan karena ada Informasi yang kuat bahwa Jogja adalah Daerah yang ramah dan selalu dirindukan oleh mereka yang berorinteasi pada dunia pendidikan.Â
Bahwa informasi tentang Jogja sebagai pilihan terbaik melanjutkan pendidikan begitu kuat menjadi dasar motivasi. Persepsi ini lalu menjadi berkecamuk dengan seliweran atas Babarsari yang Rusuh, Kekacauan, Kekerasan serta Konflik Fisik yang Hebat menyeruak serta menganggu Persepsi saya tentang Jogja sebagai Kota Pelajar, Kota Pendidikan.
Sekelumit Informasi itu tentu tidak menganggu Harapan dan Cita-Cita saya untuk melanjutkan Pendidikan di Yogyakarta. Di Kampus UPN Veteran yang telah menjadi pilihan. Lalu Persepsi tentang Jogja, informasi tentang Babarsari yang Berkonflik itu tetap kujadikan bahan dasar ketika pertama kali saya menginjakan kaki di Tanah Jogja.
Hal pertama yang berkesan ketika memasuki Jogja dan menelusuri berbagai sudut kota termasuk Babarsari adalah Rumah Kost, lalu ketika melintasi Babarsari suasana tidak lagi seperti informasi yang beredar di Media Online yang begitu mencekam dalam suasana berkonflik.Â
Beberapa saat, beberapa waktu, berminggu melintasi Babarsari nyaris tidak ada kesan yang membentuk persepsi sebelumnya. Entah, Jogja secara umum, dan daerah sekitarnya mulai menjernihkan persepsi awal saya tentang Jogja sebagai pilihan melanjutkan pendidikan.
Lalu, mulailah berkatifitas sebagaimana aktiftas mahasiswa baru yang harus hidup di Rumah Kost, berinteraksi dengan sahabat-sahabat baru di Kampus sambil terus meramu dan mengumpulakn berbagai wacana, informasi, serta hiruk-pikuk Jogja terutama tentang Babarsari yang sebelumnya menganggu persepsi saya.Â
Dalam interaksi dan informasi yang berseliweran serta aktifitas keseharian itulah mulai mengkristal persepsi tentang Jogja tersebut bahwa Babarsari dengan segala apa yang terjadi, apa yang dimiliki, apa yang bergeliat di dalamnya, di lingkungannya tidak bisa lepas dari Tradisi, Peradaban, Tatanan, dan Branding Jogja sebagai Kota Pelajar, Kota Perjuangan dan Kota Budaya.Â
Babarsari sebagai sebuah Entitas, sebagai Komunitas, sebagai Lintasan budaya dan peradaban Jogja akan terus berdinamika ke arah yang lebih baik, lebih nyaman, lebih berkeadilan, lebih ramah bagi siapapun yang berinteraksi di dalamnya.
Babarsari dengan segala dinamikanya akan terus teritegrasi sebagai bagian penting atas Jogja sebagai Kota Pelajar yang penuh dengan sejarah perjuangannya sendiri, yang memiliki berbagai Branding Ilmu Pengetahuan baik Ilmu-Ilmu Sosial Politik, Ekonomi, Teknik, dan tentunya Ilmu Agama yang mengakar dalam peradaban dan budaya yang Khas.
Babarsari tentunya tetap menjadi bagian yang penting dari Branding Jogja sebagai Kota Perjuangan, sehingga dinamika Babarsari selalu akan terhindar dari pemikiran desktruktif karena Branding Jogja, Hegemoni Jogja sebagai Kota Perjuangan akan terus menjadi patron setiap komunitas yang bergelut di semua lintasan dan sudut Kota Kota sehingga berbagai peristiwa sejarah perjuangan bangsa di Jogja terus menjadi marwah tersendiri.
Babarsari juga pasti harus ikut berkontribusi terhadap Branding Jogja sebagai Kota Budaya. Hal ini sudah pasti telah Nampak pada berbagai aktifitas sosial-ekonomi dan budaya yang berlangsung selama ini. Bahkan, Nampak bahwa Babarsari juga sudah menunjukan eksistensinya ikut memperkuat eksistensi dan penyanggah Jogja sebagai kota budaya.Â
Aktifitas warga mulai dari Mahasiswa, para Pelaku Bisnis, pelaku UKM terutama Warung Kopi, sampai kepada Apartemen dan Tempat Hiburan semuanya menjadi bagian yang ikut berkontribusi kepada Branding Jogja sebagai Kota Budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H