Empat tahun berlalu, dan Datuk tak pernah kembali. Matahari sore ini mungkin telah membuatnya betah mengarungi luasnya samudera. Dan ia mengirimkan salam perpisahan kepadaku di batas-batas sore yang sendu ini. Perahu Marita telah kembali meninggalkan aroma lama yang hangat. Goresan mentari tampak menyembul dari bawah—menghiasi pantai dengan kilauannya. Angin berkelebat di pelipisku, membuat pikiranku mengapung tenang. Sambil mengingat senyum terakhir Datuk. Aku berpikir kalau kematiannya tak boleh di tumpahkan dengan air mata. Sungguh sebuah kisah kematian juga kisah cinta paling indah yang pernah kulihat.
https://drive.google.com/file/d/18d2il0CvC0D1lXCSvmF4dK0278ZvsrAU/view?usp=drivesdk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H