Mohon tunggu...
Azizon Nurza
Azizon Nurza Mohon Tunggu... -

Azizon Nurza seorang tokoh pemuda dari Riau, yang memiliki segudang pengalaman diorganisasi kemahasiswaan dan sosial kemasyarakatan. Dalam usia 38 tahun berpengalaman memimpin Public Relations di 3 perusahaan multinasional diantaranya; Public Relations Head PT. Riau Andalan Pulp & Paper, PR & Security Superintendent Kondur Petroleum SA, Staff Ahli Direktur PT. Bumi Siak Pusako (BUMD Migas), Team Manager Government & Public Relations Badan Operasi Bersama (BOB) PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu dan saat ini menjabat CSR, Comdev & Comrel Manager sebuah perusahaan tambang batubara di NAD.\r\n\r\nDisamping kesibukannya masih menyempatkan diri mengajar di beberapa Perguruan Tinggi di Riau, menulis di Media Cetak dan telah menerbitkan 11 buah buku.

Selanjutnya

Tutup

Money

Saatnya Rakyat Memiliki Mobil Sebab Premium Tak Dibatasi

29 Mei 2010   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:53 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gara-gara rencana pembatasan pemakaian premium untuk sepeda motor. yang katanya alokasi konsumsi BBM bersubsidi yang ditetapkan dalam APBN/APBN-P sudah diperhitungkan, yakni total sekitar 36 juta kiloliter sehingga perlu ada pembatasan membuat seorang temen stress karena istrinya menuntut agar dibeli mobil.

Wajah ganteng itu mendadak jadi murung dan selalu termenung, "bayangkan membayar kredit sepeda motor saja sudah setengah mati, pemerintah berniat membatasi BBM dan istri dirumah menjadikan ini alasan untuk minta dibelikan mobil" katanya merengut.

Dibenak masyarakat awam muncul pertanyaan, "apakah Pembatasan BBM premium untuk motor sangat relevan dan merupakan keputusan yang berpihak pada masyarakat kelas bawah?". Jika kita anggap prediksi jumlah motor akan bertambah terus sepanjang tahun, yang menyebabkan konsumsi premium juga akan meningkat, tapi seberapa signifikankah. Saatnya pemerintah melakukan penghitungan yang akurat, valid dan mempertimbangkan aspek-aspek lainnya.

Dalam situasi ekonomi yang sulit yang pasti lebih dirasakan masyarakat kelas bawah, setiap kebijakan harus dipertimbangkan matang, secara hati-hati dan bijaksana sehingga tidak menimbulkan masalah baru. Himpitan ekonomi membuat orang tidak takut mati, mudah tersulut emosi dan terprovokasi. Jangankan masyarakat umum, kelompok terpelajar saja seperti mahasiswa, pelajar dan anggota dewan sangat mudah terpancing emosi yang bermuara pada perkelahian ataupun kekerasan. Apalagi masyarakat yang sudah hidup susah, dihimpin kesulitan ekonomi, keterbatasan sarana prasarana dan sekarang transportasipun mereka merasa sulit.

Saya yakin dan percaya kita memahami kesulitan negara, tapi negara harus lebih memahami kesulitan rakyatnya. Sebab negara ada karena rakyat membutuhkannya agar terjamin sebuah tatanan yang baik, adil dan memberikan harapan kepada mereka untuk hidup aman, damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun