Dalam kerangka menegaskan identitas di tengah pluralitas keagamaan, logika universalitas dan keunikan yang dibangun di atas prinsip oposisi biner atau logika strategis dalam pendekatan atas agama-agama berakibat sangat fatal. Berbagai kasus kekerasan dan pemaksaanlah yang mengemuka. Dalam kondisi ini, semangat dan praktek pluralisme menemukan urgensinya.
 Pluralisme mengandung dalam dirinya semangat persaudaraan dan solidaritas yang kokoh di antara sesama manusia. Intinya seman gat persaudaraan dan persahabatan yang bisa ditemukan dalam ajaran setiap agama dan budaya, semangat yang sudah ada sejak dulu kala. Ia seperti Bhinneka Tunggal Ika, yang lahir untuk mempers atukan bangsa Indonesia.
 Pluralisme bukan nihilisme atau pun sinkretisme. Pluralisme yakni tidak berarti seseorang harus menanggalkan identitas keagamaan dan komitmennya terhadap agama tertentu.Â
Pluralisme sebenarnya adalah perjumpaan komitmen untuk membangun hubungan yang satu dengan yang lain. Karena itu, fakta pluralitas tersebut baru dianggap berguna jika kelompok berbeda dalam hal agama, kepentingan politik, dan seterusnya sungguh-sungguh memiliki komitmen untuk berdialog dan bersinergi secara kuat membangun solidaritas serta aktif melakukan kerja-kerja positif dan konstruktif bagi kemanusiaan.
Dengan demikian, pluralisme tidak ingin melebur berbagai identitas yang ada, tetapi merangkai dengan berbagai identitas itu demi tujuan yang hakiki.