Spot foto dan nongkrongnya pun juga berani bersaing dengan kedai kopi lainnya, walapun dapat di lihat kedai kopi ini memakai konsep tradisional yang banyak diterapkan dari segi arsitekturnya yang dominan akan pemakain joglo dan juga ornamen lainnya yang membuat kedai kopi ini memiliki kesan yang melawas, mas wikan tetap memberikan sentuhan berupa industrial untuk tempat duduk pelanggannya seperti yang terdapat dalam foto yang sudah saya cantumkan diatas.
''lokasinya gampang banget di goggle tinggal cari Littuhayu Shadow ''Puppet'' Coffee, jam bukanya mulai dari 4 sore-11 malem last order jam 10, onlinenya dari maret ini dari jam 6 pagi - 11 malem, kalau tutupnya hari selasa soalnya kita berpatokan dengan dukun ahahah" ucap mas wikan dengan melemparkan lawakanya saat di tanya jam operasional kedai kopi miliknya.
''Yang dukun-dukun tadi bercanda loo, yaa jadi kita melihat dari perilaku konsumen juga kalau hari selasa emang sepi dan kenapa ada liburnya engga kaya kedai kopi yang lainnya yang buka setiap saat, karena jujur manusia itu memang butuh uang, tetapi dekat dengam keluarga juga tak kalah penting, kemanapun kita pergi jauh kita juga akan kembali ke keluarga''ucap beliau sambil menyanyikan lagu BCL yaitu harta berharga dengan suara merdunya. Nyanyian dan jawaban kata-kata mutiara dari pertanyaan yang saya lontarkan untuk terkahir kalinya itu juga sekaligus menutup perbincangan saya dengan mas wikan karena tak terasa malam semakin larut dan hujanpun sudah reda.Â
Saya memutuskan untuk berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih karena kemurahan hati beliau yang bersedia memberikan waktu dan ilmu yang sangat berharga bagi saya. Saya sangat merekomendasikan tempat ini sebagai alternatif tempat ngopi dan nyemil bersama teman ataupun keluarga apabila kita menemui kedai kopi yang memiliki konsep gitu-gitu aja, saya berani bertaruh di Littuhayu Shadow ''Puppet'' Coffee kalian akan disajikan experience yang sangat otentik yang tidak bisa kalian dapatkan di coffee shop lainnya.
