Dalam era yang semakin terbuka, dalam era yang memasuki globalisasi, peluang bagi warga Negara untuk memiliki kesempatan yang sama di segala bidang sangatlah lebar, baik itu laki-laki maupun perempuan. Perempuan jumlahnya semakin banyak sehingga potensi yang ada harus dimanfaatkan serta diperhatikan lebih lagi agar berkontribusi lebih, apalagi untuk Negara. Negara tidak dapat dikatakan sejahtera jika perempuannya tertinggal, merasa tersisihkan serta mengalami ketertindasan (Zahrok & Suarmini, 2018). Negara dan bangsa yang tidak menghormati keberadaan perempuan, mustahil akan menjadi Negara dan bangsa yang besar, saat ini atau dikemudian waktu, itulah pendapat yang dikatakan oleh Vivekananda (Darwin, 2005).
Peran perempuan dalam lingkungan keluarga sangatlah besar. Melahirkan, merawat anak dari kecil dan membesarkannya serta mendidiknya agar menjadi seseorang yang baik, cerdas, jujur, bertanggung jawab dan lain-lain. Peran perempuan atau ibu sangatlah dibutuhkan dalam sebuah keluarga.
Keluarga adalah sistem yang tidak bisa terpisahkan dalam sebuah kehidupan. Keluarga merupakan sistem terkecil dalam masyarakat yang sekaligus menjadi tempat pertama individu untuk bertumbuh dan memulai kehidupannya. Hubungan yang erat ditunjukan oleh ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang merupakan sistem terkecil menjadi jembatan untuk membangun interaksi yang kuat didalamnya, yang merupakan dasar dalam membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara lebih luas. Interaksi yang dibangun diantaranya memupuk nilai-nilai serta norma-norma sosial agar dapat diterapkan di lingkungan masyarakat. Selain itu di dalam keluarga ditanamkan rasa kasih sayang, rasa cinta, rasa aman, dan diberikan perhatian.
Keluarga memilki fungsi. Menurut BKKBN terdapat delapan fungsi keluarga (Wiayanti & Berdame, 2019). Yang pertama ada fungsi agama. Fungsi agama ini bentuknya seperti ibadah yang dilakukan tiap agama, pemahaman baik dan buruk, pemahaman yang boleh dan tidak boleh, serta penanaman toleransi. Kedua yaitu fungsi sosial budaya. Pada fungsi ini, keluarga diharuskan menerapkan nilai gotong royong, lalu menanamkan musyawarah, melestarikan kerukunan, dan menghargai orang lain, melestarikan budaya daerah/adat istiadat. Yang ketiga adalah fungsi cinta kasih. Yang keempat adalah fungsi perlindungan. Keluarga harus menjadi tameng terdepan dalam melindungi anggota keluarganya. Memberikan rasa nyaman dan aman di dalam keluarga. Kesehatan yang senantiasa harus dijaga. Kelima, adalah fungsi reproduksi. Perwujudannya adalah memelihara kebersihan organ reproduksi. Keenam, fungsi sosialisasi dan pendidikan. Sekolah merupakan perwujudan keluarga terhadap kepedulian akan pentingnya sebuah pendidikan. Ketujuh, fungsi ekonomi. Menanamkan nilai-nilai ekonomi seperti menabung. Kedelapan, fungsi lingkungan. Perwujudannya bisa dengan kebersihan lingkungan, merawat lingkungan. Peran dan fungsi ini harus dijalankan oleh anggota keluarga, tak terkecuali ibu.
Ibu (perempuan) merupakan sosok yang tidak bisa dilepaskan dari keluarga. Kedudukan seorang perempuan dalam keluarga dan masyarakat harus selalu ditingkatkan yang nantinya akan memberikan dampak yang besar untuk pembangunan sebuah bangsa dengan tentunya memperhatikan kodrat, harkat, dan martabat (Achmad, 1994). Peran ibu sangatlah penting, karena peduli tentang kesehatan anggota keluargnya. Ibu selalu memberikan nutrisi yang cukup untuk anggota keluarganya agar tidak mudah jatuh sakit. Seorang ibu dapat melakukan banyak hal agar senantiasa dapat menjaga keluarganya dari berbagai penyakit yang akan datang. Hal yang dapat dilakukannya adalah memasak. Memasak ini penting bagi kesehatan keluarga. Sang ibu memiliki peran penting dalam mengatur pola makanan yang bergizi bagi keluarganya, sehingga keluarganya akan aman dari berbagai penyakit. Mengasuh dan mendidik anak adalah tugasnya. Mendidik anaknya agar berperilaku sehat. Lalu menata rumah agar rumahnya bebas dari berbagai debu dan kotoran yang akan mengancam bagi kesehatan keluarganya.
Selain peran perempuan dalam keluarga, peran perempuan juga dapat dimaksimalkan dalam ketahanan pangan. Ketahanan pangan dapat diartikan memiliki pangan yang cukup sebagai pertahanan kehidupan yang sehat dan produktif, baik hari ini atau di masa yang akan datang. Masyarakat dikatakan memiliki ketahanan panagan yang bagus dan baik jika seluruh anggota keluarga punya akses terhadap makanan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. Tujuan dari ketahanan pangan dapat dilihat dari hak seseorang atas pangan yang terpenuhi (Eghanter, 2018).
Perempuan mempunyai peran penting menjaga ketahanan pangan. Pengambilan keputusan terkait pemanfaatan sumber daya dan tersedianya pangan berada ditangan perempuan. Dalam bidang pertanian, perempuan mempunyai peran penting dari mulai produksi, distribusi dan konsumsi. Saat perempuan memiliki kendali atas proses ini, maka ketahanan pangan dan nutrisi yang baik akan terjaga, selain itu pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan akan diterapkan.
Walaupun peran perempuan dalam ketahanan pangan memilki kontribusi besar, nyatanya hinga saat ini masih terabaikan dan belum mendapatkan perhatian. Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dengan laki-laki dibandingkan dengan perempuan, sehingga peran aktif perempuan berkurang (Budiman, 2017).
Referensi:
Achmad. (1994). Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan. Jakarta: Kantor Menteri UPWRI.
Budiman, B. (2017, April 26). Peran Perempuan dalam Ketahanan Terabaikan. Â Retrieved April 23, 2022, from Antara Lampung: Â Â Â Â Â https://www.google.com/amp/berita/295800/peran-perempuan-dalam-ketahanan-pangan-terabaikan
Darwin, M. (2005). Negara dan Perempuan. Yogyakarta: Media Wacana.
Eghanter, C. (2018, Maret 08). Perempuan, Peran dan Kearifan Lokalnya dalam  Ketahanan dan Kedaulatan Pangan. Retrieved April 23, 2022, from WWF.or.id:https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/pds/?uNews ID=64542
Wiayanti, U. T., & Berdame, D. Y. (2019). Implementasi Delapan Fungsi Keluarga di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Komunikasi Vol. 11 No. 1 , 15-29.
Zahrok, S., & Suarmini, N. W. (2018). Peran Perempuan Dalam Keluarga. Prosiding Semateksis 3 , 61-65.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H